BERANEKA ragam fenomena muncul akibat pageblug Corona. Satu di antaranya adalah statistik.
Mendadak statistik menjadi sesuatu yang seolah terpenting di planet bumi abad XXI.
Seolah umat manusia tidak bisa hidup tanpa statistik. Khususnya statistik tentang berapa jumlah korban terpapar dan tewas akibat keganasan virus berukuran sangat kecil namun berdaya-binasa sangat besar.
Statistik morbiditas dan mortalitas akibat angkara murka Covid-19 mendadak menjadi primadona terpopuler di antara segenap jenis statistik masa kini.
Statistik Covid-19 mutlak dipercaya kebenarannya tanpa peduli siapa yang membuat dan sejauh mana kredibilitas apalagi keakuratannya bisa dipercaya.
Statistik Corona dilindungi dogma cetirus paribus agar secara take-it-or-leave-it tidak bisa sebab tidak boleh dipertanyakan kebenarannya.
Tidak ada jalan lain bagi saya kecuali percaya 150% kepada statistik!
Sedemikian mendalam kepercayaan kepada statistik Covid19 termasuk yang dibuat oleh pemerintah Indonesia maka saya mengabaikan kemungkinan ada penguasa demi mempertahankan kekuasaannya tidak segan merekayasa statistik demi mendukung kepentingan penguasa.
Saya juga sengaja mengabaikan fakta bahwa cukup banyak penyusun statistik sedemikian profesional sehingga menguasi kesaktian how to lie with statistic demi memuaskan pihak yang ingin dipuaskan .
Saya juga mengabaikan ketidakpastian. Misalnya, kenaikan 100 persen dari seorang penderita jauh lebih kecil nominalnya ketimbang kenaikan 10 persen dari dua ratus penderita.
Sementara penurunan 10 persen dari seribu penderita jauh lebih besar ketimbang penurunan 10 persen dari seratus penderita.
Atau pemotongan 10 persen gaji Rp 1 miliar seorang komisaris BMUN jumlahnya jauh lebih kecil ketimbang pemangkasan 10 persen terhadap gaji Rp 4juta seorang resepsionis kantor BUMN yang sama.
Menurut Anda perumpamaan ini tidak relevan sekaligus tidak benar hitungannya?