Pesawat ruang angkasa Cassini dari Badan Antariksa Eropa menjadi obyek buatan manusia pertama yang mengorbit Saturnus pada 2004.
Cassini berhasil melihat apa yang tersembunyi di balik kabut Titan untuk pertama kalinya.
Selama 13 tahun, Cassini menggunakan serangkaian alat, termasuk radar dan inframerah.
Akhirnya para ilmuwan mendapat pandangan rinci tentang permukaan Titan dan atmosfernya secara kompleks.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Serangan Bom di Kereta Guncang Madrid, 193 Orang Tewas, Ribuan Luka-luka
Dilansir Space, Titan layak huni menurut eksperimen yang dilakukan para ilmuwan di Bumi.
Diperkirakan para ilmuwan jika matahari meningkatkan suhunya 6 miliar tahun dari sekarang dan Titan menjadi bintang raksasa merah, suhu Titan dapat meningkat daripada sekarang.
Lalu, saat suhunya meningkat, dapat membuat lautan yang stabil. Hal itu bisa membuat kondisi Titan mirip dengan Bumi.
Para ilmuwan berpikir kondisi di Titan mirip dengan kondisi awal Bumi pada awal terbentuknya.
Bedanya, karena lebih dekat dengan matahari, Bumi selalu lebih hangat.
Menurut NASA, dalam banyak hal bulan terbesar Saturnus itu adalah salah satu benda angkasa yang paling mirip Bumi hingga saat itu (2018).
Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.