KOMPAS.com – China memasuki tahun baru pada hari Sabtu (25/1/2020).
Negara ini mengawali tahun yang mereka sebut dengan tahun tikus logam di tengah ancaman virus corona yang mematikan.
Tahun tikus logam dalam cerita rakyat itu melambangkan kekayaan dan surplus.
Namun kondisi itu jauh dari suasana hati warga Kota Wuhan di Provinsi Hubei, China Tengah.
Pasalnya, Kota Wuhan yang diduga sebagai pusat penyebaran virus, diisolasi guna mencegah penyebaran virus semakin parah.
Melansir dari South China Morning Post, kondisi ini mengakibatkan para penduduk harus menghadapi keprihatinan.
Mulai dari tahun baru imlek yang biasanya disambut dengan pesta tradisional yang meriah harus dibatalkan.
Hingga keprihatinan lain seperti kurangnya makanan dan persediaan medis.
Lantas seperti apa kondisi Kota Wuhan saat tahun baru Imlek?
Pada Kamis (23/1/2020), Gubernur Hubei, Wang Xiaodong menyampaikan kepada media bahwa pasokan makanan ke Wuhan mencukupi.
Ia mengatakan kota tersebut memiliki persediaan 5 juta kilogram beras, 4 juta kilogram minyak goreng dan lebih dari 10.000 ton daging.
Ia juga mengatakan, makanan dari provinsi terdekat seperti Yunnan dan Hainan sedang dikirim secara teratur.
Namun, warga Wuhan mengatakan, mereka menimbun makanan sendiri untuk bertahan hidup dan saat ini banyak supermarket kehabisan persediaan.
Mereka merasa kesal dengan manajemen darurat yang dilakukan pejabat setempat.
“Saya tidak melihat pernyataan gubernur, tetapi semua supermarket yang saya kunjungi kosong. Para karyawan mengatakan bahwa mungkin besok atau lusa akan ada pengiriman, tetapi tidak ada yang bisa memastikan, ”kata Li Xiaoshan, seorang warga Wuhan
Dirinya juga mencertitakan kondisi jalan-jalan di Kota Wuhan yang sepi.
“Saya membeli apa yang saya bisa. Kota ini seperti Chernobyl (kota mati di Rusia karena ledakan nuklir, red), ”kata dia.
“Lalu lintas di kota diblokir, dan kerabat kami tidak dapat pergi ke rumah sakit untuk perawatan. Kami benar-benar cemas.” ujar dia.
Baca juga: Waspada! 10 Negara Ini Konfirmasi Telah Terjangkit Virus Corona
Mo Gu, warga Wuhan yang istrinya bekerja di rumah sakit setempat menyebutkan, saat ini persediaan medis yang ada sangat terbatas.
Menurutnya, persediaan masker wajah di rumah sakit tersebut selama berhari-hari tidak mencukupi.
"Setiap dokter hanya diberikan dua masker bedah yang harus mereka gunakan selama beberapa hari. Apakah Anda pikir tidak apa-apa?” kata dia.
"Pemerintah tidak tahu apa yang dilakukannya, dan mereka masih pergi ke TV untuk menyombongkan diri ketika staf medis garis depan bahkan tidak memiliki pakaian ganti pelindung," lanjut dia.
Mo mengatakan, beberapa staf medis yang berbicara kepada media terkait situasi lapangan akan dilacak oleh polisi dan diperingatkan untuk diam.
Wakil Direktur Provinsi Hubei, Liu Dongru selama pers konferensi di Wuhan mengatakan pihak berwenang telah bekerja dengan cepat untuk merawat orang yang sakit.
Liu mengatakan penyebab tingginya pasien di klinik lantaran musim ini adalah puncak musim flu serta beredarnya informasi palsu terkait virus corona yang menyebabkan pasien datang karena panik.
Baca juga: Lantaran Virus Corona, 15 Mahasiswa Aceh Terisolasi di Wuhan China
Di tengah kondisi yang memprihatinkan, China akan menayangkan siaran tentang malam tahun baru Imlek di CCTV (China Central Television) pada Jumat (24/1/2020) malam. Acara tersebut diklaim ditonton lebih dari 1 miliar pemirsa.
Salah satu acara dalam siaran tersebut adalah pertunjukan puisi tentang virus di Wuhan. Tetapi, acara tersebut menuai kritik karena dipandang tidak sesuai.
“Apa yang sedang dilakukan CCTV? Apa gunanya membaca puisi? Bukankah mereka harus menggali lebih dalam tentang apa yang terjadi di Wuhan yang menyebabkan situasi ini ?, ”kata Chen Xue, seorang penduduk Wuhan.
Di tengah perayaan tahun baru Imlek, warga Wuhan harus menghemat persediaan makanan.
Seorang penduduk Wuhan, Chen Xue menceritakan, di tengah kondisi isolasi ini dirinya menghadapi malam tahun baru dengan hanya menggoreng telur.
Chen mengatakan anaknya saat ini tengah menderita pilek. Namun ia tak berani membawa anaknya ke rumah sakit lantaran takut tertular.
“Semua orang di lingkungan ini menghadapi masalah yang sama, jika seseorang jatuh sakit, kami tidak berani membawa mereka ke rumah sakit. Kami takut mereka akan terinfeksi,” katanya.
“Jika saya mendengar seseorang tanpa makanan yang cukup, saya menjatuhkannya di luar pintu mereka. Tidak ada yang berani bertatap muka," ceritanya lagi.
Sejak Kamis (23/1/2020) pukul 10 pagi, isolasi di Kota Wuhan dimulai. Isolasi dilakukan dengan penututupan akses penerbangan, kereta api dan transportasi dari dan ke kota Wuhan.
Namun sekarang bukan hanya Wuhan, tetapi isolasi meluas ke 11 kota dan kabupaten di Provinsi Hubei, China.
Baca juga: Apakah Virus Corona China Berasal dari Kelelawar dan Ular?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.