Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Sebut CPO Lebih Murah dari Minyak Bunga Matahari, Mungkinkah Hidup Tanpa Sawit?

Kompas.com - 16/01/2020, 06:15 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

Bahan bakar hijau

Meskipun sawit ada di mana-mana di kehidupan sehari-hari, tetapi lebih dari setengah minyak sawit yang diimpor ke Uni Eropa digunakan untuk hal lain, yaitu bahan bakar.

Sebelumnya, Direksi Energi Terbarukan Uni Eropa menetapkan target sebesar 10 persen energi transportasi berasal dari sumber terbarukan pada tahun 2020. Biodiesel sebagai alternatif untuk mencapainya, dibuat dari minyak sawit. 

Pada tahun 2019, Uni Eropa mengungkapkan bahwa biofuel yang berasal dari minyak sawit dan tanaman lain harus dihapuskan karena kerusakan lingkungan yang disebabkan. 

Keputusan ini telah menyebabkan Uni Eropa mencari alternatif. Salah satu pilihannya adalah alga. Minyak dari spesies alga tertentu dapat diubah menjadi biocrude yang dapat disuling menjadi berbagai bahan bakar untuk menggantikan diesel, bahan bakar jet, ataupun lainnya.

Akan tetapi, membawa produk ini hingga dapat bersaing secara ekonomis dan sama dengan skala minyak sawit adalah sebuah tantangan besar. 

Beberapa firma juga meneliti apakah ragi dapat direkayasa untuk menghasilkan jenis minyak yang dibutuhkan dalan industri makanan dan kosmetik.

Namun, terlepas dari masalah ekonomi, ada masalah lain yang dapat ditimbulkan oleh alga ataupun ragi. Keduanya membutuhkan banyak gula untuk tumbuh. 

Gula harus ditanam secara luas. Jadi, dampak lingkungan yang dihasilkan hanya berpindah ke sektor lain. 

Baca juga: Dikritik Mahathir soal Kashmir, India Resmi Boikot Sawit Malaysia

Cara baru

Melansir BBC, jika minyak sawit tidak dapat digantikan, pembatasan terhadap dampak lingkungan dilakukan dengan mengubah cara produksinya. 

Untuk melakukannya, perlu dilihat kembali apa yang menjadi faktor penarik permintaan besar dari minyak sawit. 

Selain karakter kimiawi yang unik, minyak sawit memiliki harga yang murah. Dalam kondisi ideal, kelapa sawit dapat menghasilkan minyak 25 kali lebih banyak daripada kedelai dengan kondisi lahan pertanian yang sama.

Oleh karena itu, menjadi ironis ketika pelarangan minyak sawit justru akan semakin meningkatkan penebangan hutan. Sebab, apapun yang ditanam untuk menggantinya akan membutuhkan lahan lebih banyak.

Selain itu, sawit tidak dapat tumbuh di wilayah yang terlalu jauh di selatan ataupun utara. Sawit adalah tanaman tropis.

"Sesuatu dengan biomasa yang lebih tinggi harus lebih adaptif, dapat tumbuh dalam cuaca yang beragam," jelas peneliti tanaman dari pusat penelitian CSIRO Australia,  Kyle Reynolds sebagaimana dikutip BBC.

Para peneliti CSIRO telah memasukkan gen untuk meningkatkan produksi minyak ke dalam tumbuhan berdaun seperti tembakau dan sorgum

Namun, proses dan uji coba yang dilakukan masih panjang hingga dapat benar-benar disebut mengganti minyak sawit. 

"Produksi minyak sawit di dalam tumbuhan non sawit mungkin dilakukan. Bisakah kita melakukannya? Bisa. Namun, bagaimana caranya bersaing dengan harga sawit saat ini?," kata Reynolds.

Baca juga: Mengenal B20, Produk Kelapa Sawit untuk Campuran Biodiesel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com