KOMPAS.com - Hari ini 78 tahun lalu, tepatnya 7 Desember 1941, sebuah pesawat berlambang matahari terbit di sayapnya muncul di langit Pulau Oahu.
Sekitar 360 pesawat tempur mengikuti pesawat itu dan memborbardir Pangkalan Angkatan Laut AS di Pearl Harbor.
Dikutip dari History, serangan mendadak pada pagi hari itu menarik Amerika Serikat ke dalam Perang Dunia II.
Kegagalan perundingan dengan Jepang tak diantisipasi dengan baik oleh Presiden Franklin D Roosevelt.
Meski mengetahui akan adanya kemungkinan serangan itu, ia tak mengambil tindakan apa pun untuk meningkatkan keamanan di Pearl Harbor.
Saat terjadi serangan, tepatnya hari Minggu pagi, banyak personel militer diberikan izin untuk menghadiri upacara keagamaan di luar markas.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Skuadron Pesawat Hilang di Segitiga Bermuda
Sebelumnya, dua operator radar telah melihat sekelompok pesawat besar terbang menuju pulau itu dari arah utara.
Namun, mereka diminta untuk tidak membunyikan alarm.
Akibat serangan itu, lima dari delapan kapal perang, tiga kapal perusak, dan tujuh kapal mengalami kerusakan parah.
Lebih dari 200 pesawat juga turut hancur oleh serangan itu.
Tercatat, sekitar 2.400 orang terbunuh dan 1.200 lainnya mengalami luka-luka.
Beruntung ketiga kapal induk Pasifik telah keluar untuk melakukan latihan manuver sebelum terjadi serangan mendadak tersebut.
Nantinya, kapal induk raksasa itu membalaskan dendam terhadap Jepang enam bulan kemudian dalam Pertempuran Midway dan berhasil memukul mundur angkatan laut Jepang yang tak terkalahkan.
Sehari setelah Pearl Harbor dibom, Presiden Roosevelt muncul di hadapan kongres dan menyampaikan pidato singkat.
"Kemarin, 7 Desember 1941, Amerika Serikat tiba-tiba diserang oleh angkatan laut dan angkatan udara Kekaisaran Jepang," kata Roosevelt.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa Bumi Armenia Tewaskan Lebih dari 25.000 Jiwa
Setelah pidato singkat itu, ia meminta Kongres untuk menyetujui resolusi yang menyatakan keadaan perang antara Amerika Serikat dan Jepang.
Sementara itu, Senat Amerika Serikat memilih untuk berperang melawan Jepang.
Tiga hari kemudian, Jerman dan Italia mendeklarasikan perang melawan Amerika Serikat. Dengan demikian, Amerika Serikat pun akhirnya terlibat dalam Perang Dunia II.
Sebelumnya, Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Jepang, termasuk embargo perdagangan ekspor pesawat terbang, minyak dan logam bekas.
Penjatuhan sanksi terhadap Jepang tersebut dilatarbelakangi oleh ketegangan antara Jepang dan Amerika Serikat yang meningkat selama satu dekade terakhir.
Jepang dianggap telah melakukan kekejaman di beberapa negara sekitarnya.
Menjelang serangan Pearl Harbor, Tokyo dan Washington selama berbulan-bulan.
Namun, tak ada hasil positif yang dicapai.
AS berharap embargo ekonomi akan membuat Jepang menghentikan ekspansinya.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kabut Beracun Tewaskan 12.000 Orang di London
Akan tetapi, sanksi tersebut justru membuat Jepang semakin yakin untuk bertahan dan membangkitkan kemarahan rakyat Jepang atas campur tangan Barat di Asia.
Bagi Jepang, perang melawan AS tampaknya tidak terhindarkan.
Hal itu dilakukan demi mempertahankan statusnya sebagai kekuatan utama dunia.
Dengan menghancurkan pangkalan di Pearl Harbor, Jepang akan mengontrol Pasifik.
Laksamana Yamamoto Isoroku menghabiskan berbulan-bulan merencanakan serangan yang bertujuan untuk menghancurkan Armada Pasifik dan menghancurkan moral Angkatan Laut AS.
Meski demikian, serangan itu telah gagal menghancurkan Armada Pasifik secara sepenuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.