Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Tinggal di Dekat Jalan Raya Tingkatkan Risiko Kanker Paru-Paru

Kompas.com - 26/11/2019, 20:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak orang lebih senang tinggal di kota besar. Kemudahan akses menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat tinggal ini.

Sayangnya, ada konsekuensi besar ketika memilih untuk tinggal di kota besar, yaitu masalah polusi. Sejak beberapa waktu yang lalu, laporan Air Visual kerap meresahkan orang yang tinggal di kota besar karena menunjukkan kondisi udara yang buruk.

Sebenarnya, kualitas udara yang buruk tak hanya didapatkan orang yang tinggal di kota besar saja tapi juga mereka yang hidup di dekat jalan raya atau jalan besar.

Kabar buruknya, sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa tinggal di dekat jalan raya atau jalanan yang ramai meningkatkan potensi terkena kanker paru-paru.

Merangkum dari The Guardian, hidup di dekat jalanan yang ramai juga dapat menghambat pertumbuhan paru-paru pada anak-anak.

Temuan ini berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh King's College London dan menjadi riset pertama yang memeriksa kaitan antara kondisi kesehatan dengan tempat tinggal di dekat area polusi udara dari lalu lintas.

Baca juga: Mengenal Risiko Kanker Paru-paru pada Perokok Pasif dan Pengobatannya

Riset tersebut merupakan riset pertama yang memeriksa hubungan berbagai kondisi kesehatan dengan tempat tinggal di dekat area polusi udara dari lalu lintas.

Beberapa kondisi kesehatan lain yang dijadikan perbandingan adalah penyakit jantung, stroke, dan bronkitis di 13 kota di Inggris dan Polandia.

Hasilnya, peneliti menemukan bahwa hidup dalam jarak 50 meter dari jalan raya dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru sebesar 10 persen dan menghambat pertumbuhan paru-paru pada anak sebesar 3-14 persen.

Di Inggris, hasil riset menunjukkan tingkat polusi udara pinggir jalan membatasi pertumbuhan paru-paru pada anak sekitar 14 persen di Oxford, 13 persen di London, 8 persen di Birmingham, 5 persen di Bristol, 5 persen di Liverpool, 3 persen di Nottingham, dan 4 persen di Southampton.

Baca juga: Kanker Paru-paru Bisa Menyerang Anak, Orangtua Perlu Introspeksi

Lucy Harbour, seorang ibu dari London Utara mengatakan temuan itu membuatnya khawatir.

"Kami termasuk dalam statistik ini, salah satu anak saya dirawat di rumah sakit karena pneumonia dan menderita asma," kata Lucy.

Riset tersebut juga menyebutkan bahwa mengurangi tingkat polusi udara sebanyak seperlima, dapat menurunkan kasus kanker paru-paru sebesar 5-7 persen di Inggris.

Disebutkan juga bahwa tinggal di dekat jalan yang ramai dapat memicu gejala bronkitis di antara anak-anak dan gejala asma.

Jika tingkat polusi udara dapat dikurangi sebesar seperlima, jumlah anak-anak yang menderita bronkitis akan berkurang sekitar 3.865 anak.

Baca juga: Kanker Paru-paru di Asia Sulit Dijinakkan, Ahli Temukan Sebabnya

Dosen Kesehatan Lingkungan senior di King's College London Dr Heather Walton mengatakan bahwa riset dengan objek penelitian itu adalah riset baru dan pertama.

"Perhitungan sebelumnya telah berfokus pada kematian, harapan hidup, dan jenis penerimaan rumah sakit. Laporan kami ini mencakup gejala yang mempengaruhi lebih banyak orang seperti bronkitis pada anak dan penderita asma," kata Dr Heather.

Hasil temuan ini dirilis oleh 15 koalisi organisasi kesehatan dan lingkungan, termasuk di antaranya adalah ClientEarth dan the British Lung Foundation.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com