KOMPAS.com - Sejumlah media internasional di antaranya New York Times, The Guardian, dan BBC menyoroti perihal limbah racun yang bersumber dari pembuangan sampah plastik.
Pemberitaan itu bersumber dari studi yang dilakukan oleh organisasi non-profit International Pollutans Elimination Network (IPEN).
IPEN bekerja sama dengan beberapa lembaga lain yakni, NEXUS3 Foundation, Ecoton, dan Arnika.
Dalam laporan bertajuk Plastic Waste Poisons Indonesia's Food Chain atau Limbah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia, disebutkan, sampah plastik yang berasal dari dalam dan luar negeri meracuni pembuatan tahu dan produksi telur di Indonesia.
Sampah plastik yang menjadi bahan bakar dan timbunan itu meracuni sumber makanan seperti tahu dan telur.
Baca juga: Limbah Plastik Impor yang Dianggap Racuni Indonesia dalam Sorot Media Internasional...
Bahkan, asap dan abu plastik yang terbakar dapat menimbulkan konsekuensi racun, termasuk dioksin.
Laporan tersebut juga menggarisbawahi adanya sampah impor yang berasal dari beberapa negara.
Adapun lima besar negara yang mengekspor plastik ke Indonesia yaitu Australia, Jerman, Kepulauan Marshall, Belanda, dan Amerika Serikat (AS).
Sampah-sampah tersebut berakhir di beberapa tempat, seperti di Jawa Timur.
"Negara-negara utara harus berhenti memperlakukan negara-negara di selatan sebagai tempat sampah mereka," ucap salah satu peneliti dan penulis laporan, Yuyun Ismawati.
Berdasarkan temuan tersebut, lembaga ini memberikan beberapa rekomendasi atau langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi pencemaran dan zat polutan berbahaya.
"Temuan-temuan nyata ini menggambarkan bahaya plastik bagi kesehatan manusia dan harus menggerakkan para pembuat kebijakan untuk melarang total pembakaran sampah plastik, mengatasi pencemaran lingkungan, dan secara ketat mengontrol impor," kata penulis laporan yang juga Penasihat IPEN, Lee Bell.
Oleh karena itu, dalam laporannya, IPEN merekomendasikan kepada masyarakat dan para pemangku kebijakan, antara lain:
Pertama, IPEN menyarankan agar hasil penelitian ini diberitahukan kepada masyarakat yang terdampak, agar mereka tidak mengonsumsi telur ayam buras yang dilepas dari kandang.
Imbauan ini dilaksanakan hingga ada tindakan pembersihan dan pengujian lebih lanjut yang membuktikan jika telur dari daerah tersebut aman dikonsumsi.
Baca juga: Media Inggris BBC Sebut Plastik dari Negara Barat Racuni Makanan Indonesia