Rekomendasi kedua, melarang adanya pembakaran sebagai opsi pembuangan sampah plastik.
"Membakar sampah plastik tidak boleh diterima sebagai praktik terbaik untuk pengelolaan limbah plastik," tulis laporan tersebut.
Rekomendasi ketiga, pelarangan pembakaran sampah plastik sebagai bahan bakar untuk operasi industri karena kandungan dioksin serta polusi terhalogenasi yang berasal dari emisi dan abu pembakaran.
Selanjutnya, rekomendasi keempat, membatasi penggunaan bahan bakar sintetis yang mengandung halogen dari plastik karena polutan organik persisten (POPs) akan terlepas selama pembakaran.
Kelima, melakukan remediasi terhadap lokasi yang terkontaminasi dioksin, POPs, dan polutan lain.
Keenam, meningkatkan pemantauan bahan kimia tersebut sesuai dengan ketentuan pada Konvensi Stockholm.
Langkah ini dianggap perlu untuk memastikan kesehatan manusia terlindungi, serta kontaminasi dalam rantai makanan tidak terjadi.
Ketujuh, rencana Implementasi Nasional Konvensi Stockholm Indonesia untuk mengevaluasi efektivitas tindakan pencegahan serta pengendalian POPs.
IPEN juga merekomendasikan agar pihak berwenang menerapkan ketentuan baru dari Konvensi Basel, khususnya untuk menutup pintu impor limbah berbahaya.
Selain itu, ketentuan tersebut bisa mengendalikan perpindahan dan pemberlakuan larangan impor sampah plastik.
Langkah lanjutan lain adalah menerapkan kerangka kerja kimia interbnasional Beyond 2020 yang lebih kuat.
Kerangka kerja ini mencakup pengurangan dan penghilangan polyfluoroalkyl substances (PFAS) sebagai sebuah kelas.
PFAS adalah sebuah kelas besar kimia dengan lebih dari 4.500 zat kimia terflorinasi yang persisten.
Zat ini banyak digunakan dalam kemasan, tekstil, dan plastik.
Investigasi IPEN menemukan bahwa PFAS tidak diatur di Indonesia. Selain itu, PFAS juga ditemukan telah mencemari sedimen pantai.
Rekomendasi berikutnya adalah mengurangi serta meminimalisasi produksi plastik dan penggunaannya.
Saran lainnya, menghindari penggunaan plastik terhalogenasi atau penambahan senyawa terhalogenasi seperti brom, klor, dan fluor dalam produksi plastik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.