Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pabrik Tahu Gunakan Sampah Plastik sebagai Bahan Bakar, Ini Rekomendasi IPEN

Kompas.com - 19/11/2019, 15:06 WIB
Rosiana Haryanti,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Rekomendasi kedua, melarang adanya pembakaran sebagai opsi pembuangan sampah plastik.

"Membakar sampah plastik tidak boleh diterima sebagai praktik terbaik untuk pengelolaan limbah plastik," tulis laporan tersebut.

Rekomendasi ketiga, pelarangan pembakaran sampah plastik sebagai bahan bakar untuk operasi industri karena kandungan dioksin serta polusi terhalogenasi yang berasal dari emisi dan abu pembakaran.

Selanjutnya, rekomendasi keempat, membatasi penggunaan bahan bakar sintetis yang mengandung halogen dari plastik karena polutan organik persisten (POPs) akan terlepas selama pembakaran.

Kelima, melakukan remediasi terhadap lokasi yang terkontaminasi dioksin, POPs, dan polutan lain.

Keenam, meningkatkan pemantauan bahan kimia tersebut sesuai dengan ketentuan pada Konvensi Stockholm.

Langkah ini dianggap perlu untuk memastikan kesehatan manusia terlindungi, serta kontaminasi dalam rantai makanan tidak terjadi.

Ketujuh, rencana Implementasi Nasional Konvensi Stockholm Indonesia untuk mengevaluasi efektivitas tindakan pencegahan serta pengendalian POPs.

IPEN juga merekomendasikan agar pihak berwenang menerapkan ketentuan baru dari Konvensi Basel, khususnya untuk menutup pintu impor limbah berbahaya.

Selain itu, ketentuan tersebut bisa mengendalikan perpindahan dan pemberlakuan larangan impor sampah plastik.

Langkah lanjutan lain adalah menerapkan kerangka kerja kimia interbnasional Beyond 2020 yang lebih kuat.

Kerangka kerja ini mencakup pengurangan dan penghilangan polyfluoroalkyl substances (PFAS) sebagai sebuah kelas.

PFAS adalah sebuah kelas besar kimia dengan lebih dari 4.500 zat kimia terflorinasi yang persisten.

Zat ini banyak digunakan dalam kemasan, tekstil, dan plastik.

Investigasi IPEN menemukan bahwa PFAS tidak diatur di Indonesia. Selain itu, PFAS juga ditemukan telah mencemari sedimen pantai.

Rekomendasi berikutnya adalah mengurangi serta meminimalisasi produksi plastik dan penggunaannya.

Saran lainnya, menghindari penggunaan plastik terhalogenasi atau penambahan senyawa terhalogenasi seperti brom, klor, dan fluor dalam produksi plastik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Sosok Francois Letexier, Wasit yang Kartu Merah STY dan Beri Guinea 2 Penalti

Sosok Francois Letexier, Wasit yang Kartu Merah STY dan Beri Guinea 2 Penalti

Tren
Iklan iPad Pro Apple Tuai Kontroversi, Hancurkan Benda Seni demi Gawai

Iklan iPad Pro Apple Tuai Kontroversi, Hancurkan Benda Seni demi Gawai

Tren
6 Pilihan Ikan Tinggi Vitamin D, Bantu Tingkatkan Imunitas Tubuh

6 Pilihan Ikan Tinggi Vitamin D, Bantu Tingkatkan Imunitas Tubuh

Tren
5 Pesebak Bola Vietnam Ditangkap karena Pakai Narkoba, 2 Pemain Pernah Main di Timnas

5 Pesebak Bola Vietnam Ditangkap karena Pakai Narkoba, 2 Pemain Pernah Main di Timnas

Tren
YouTube Menghadirkan Fitur Baru 'Jump Ahead' untuk Pengguna Premium, Apa Itu?

YouTube Menghadirkan Fitur Baru "Jump Ahead" untuk Pengguna Premium, Apa Itu?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com