KOMPAS.com - Janin kembar yang dikandung Irish Bella meninggal dunia. Menurut dokter, bayi Irish meninggal karena mengalami kondisi Twin-to-Twin Transfusion Syndrome (TTTS).
Pada kasus Twin-to-Twin Transfusion Syndrome (TTTS), pembuluh darah dua janin kembar itu berhubungan.
Salah satu janin 'memberi' darah kepada janin lainnya.
Mengutip penjelasan laman resmi National Organization for Rare Disorders (NORD), Twin-to-Twin Transfusion Syndrome (TTTS) adalah kelainan yang terkadang terjadi pada wanita hamil yang memiliki kandungan kembar identik (monozigotic).
Berdasarkan Journal BMC Pediatrics, TTTS merupakan komplikasi serius dengan persentase sebesar 10-15 persen dari kehamilan kembar atau triplet di mana janin-janin tersebut berbagi satu plasenta.
Belum diketahui pasti penyebab TTTS .
Namun, ketidaknormalan terjadi selama pembelahan sel telur setelah fertilisasi yang mengakibatkan ketidaknormalan plasenta.
Baca juga: Mirror Syndrome, Bagaimana Gejala dan Penanganannya?
Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya TTTS.
TTTS tergolong sindrom langka, terjadi ketika pembuluh darah dari bayi yang berbagi plasenta terhubung.
Kondisi ini menyebabkan satu bayi (sebagai resipien) menerima lebih banyak aliran darah, sedangkan bayi lainnya (sebagai pendonor) menerima aliran darah yang sangat sedikit.
Kondisi ini juga disebut sebagai sindrom kronis transfusi inter-twin.
Melansir laman resmi American Pregnancy Association, TTTS adalah sebuah penyakit random yang tidak dapat dicegah denagn hal tertentu.
Selain itu, TTTS dialami bukan karena faktor hereditas.
TTTS dapat dideteksi selama kehamilan usia pertengahan (trimester kedua) melalui USG.
Seseorang mungkin mengalami TTTS jika melihat ciri- ciri sebagai berikut saat USG:
Baca juga: Tergolong Sindrom Langka, Apa Itu Mirror Syndrome?
Sementara itu, ibu yang memiliki kandungan kembar dengan TTTS akan mengalami gejala sebagai berikut:
Hingga kini, TTTS mampu merenggut hidup kedua bayi. Namun, ada teknologi yang telah ditemukan, yang terdiri atas dua pilihan perawatan.
Pertama, penggunaan amniocentesis untuk mengeringkan kelebihan cairan yang muncul dan memperbaiki aliran darah pada plasenta.
Selain itu, upaya ini juga dilakukan untuk menurunkan risiko kelahiran prematur.
Amniocentesis dapat menyelamatkan sekitar 60 persen bayi-bayi yang terkena TTTS.
Baca juga: Selain Mirror Syndrome, Ini 8 Sindrom Langka yang Bisa Terjadi pada Ibu Hamil
Kedua, melalui operasi laser. Operasi ini dapat dilakukan untuk menutup koneksi antar pembuluh darah dan menunjukkan keberhasilan 60 persen dari bayi-bayi yang terkena TTTS tersebut.
Pada dasarnya, kedua upaya perawatan tersebut memiliki persentase keberhasilan yang sama.
Bedanya, amniocentesis mungkin harus dilakukan berulang selama kehamilan untuk menjaga aliran darah tetap baik di dalam plasenta.
Sementara itu, operasi laser biasanya hanya dilakukan dalam sekali perawatan.
Berikut adalah kemungkinan potensi komplikasi dari TTTS:
Twin to Twin Transfusion Syndrome Foundation merekomendasikan dilakukannya USG setelah 16 minggu hingga akhir kehamilan untuk mengawasi TTTS.
Langkah ini direkomendasikan tetap dilakukan meskipun tanda-tanda TTTS telah menurun.