Kamis, 30 September pukul 21.30, Aidit hendak menidurkan putranya Ilham Aidit. Tiba-tiba, mobil Jeep tiba di depan rumahnya. Istrinya, Soetanti, membentak dua orang berseragam militer warna biru yang ada di depan pintu.
"Ini sudah malam!" kata Soetanti.
"Maaf, tapi ini darurat. Kami harus segera!" jawab mereka.
Aidit yang keluar menemui tamunya tak lama segera kembali ke kamar tidur. Ia memasukkan beberapa pakaian dan buku ke dalam tas. Soetanti ngotot agar Aidit tak usah pergi.
Aidit pun ragu. Namun ia tetap pamit mencium kening Soetanti dan bocahnya yang masih berusia 6,5 tahun. Aidit tak memberi penjelasan akan ke mana dan alasannya.
Mayor (Udara) Soejono mengaku ia lah yang menjemput Aidit. Ia membawa Aidit ke rumah dinas Menteri/Panglima Angatan Udara Laksdya Omar Dhani di Wisma Angkasa, Kebayoran Baru.
Namun karena Omar tak ada di sana, Aidit dibawa ke rumah mertua Omar di Jalan Otto Iskandardinata III, Jakarta Timur.
Mereka gagal menemukan Omar dan mengajak Aidit ke rumah dinas seorang bintara AU di Kompleks Perumahan AU di Halim Perdanakusuma. Rumah itu dijadikan Central Komando (Cenko) II.
Saat penculikan dan pembunuhan terhadap sejumlah jenderal berlangsung, Aidit hanya diam di rumah itu.
Hingga pagi menjelang dan terendus bahwa operasi tak berjalan sesuai rencana dengan tewasnya sejumlah jenderal, Aidit pun dibawa ke Pangkalan Udara Halim sesuai perintah Omar Dhani untuk diterbangkan ke Yogyakarta.
Sebelum berangkat ke Yogyakarta, Aidit menyerahkan mandat kepemimpinan PKI kepada Wakil Ketua III Sudirman.
Di Yogyakarta, Aidit hendak menemui Ketua Committee Daerah Besar (CDB) PKI Yogyakarta dan menjelaskan kudeta yang hendak terjadi.
Dari Yogyakarta, Aidit bertolak ke Semarang keesokan harinya.
Ia berusaha mengkonsolidasikan agar PKI bisa dilepaskan dari insiden penembakan jenderal-jenderal yang dilaksanakan oleh tentara sendiri.
Dari Semarang, ia ke Boyolali dan Solo. Di sana, ia dikecam atas apa yang terjadi di Jakarta. Aidit terus bergerak untuk konsolidasi.
Hingga pada 6 Oktober di Blitar, Aidit menulis surat ke Soekarno yang menyampaikan versinya soal G30S.