Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Maengket dan Permesta

Kompas.com - 25/08/2019, 15:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dari Sumatera, Sumual mengadakan perjalanan cari bantuan di Singapura, Hongkong, Jepang dan Filipina untuk perjuangan Permesta di Sulawesi Utara dan Tengah serta Maluku Utara. Dalam perjalanan ini Sumual memperoleh bantuan dari Pemerintah Amerika Serikat.

Setelah piagam Permesta diproklamirkan, Sumual merekrut para tokoh militer dan sipil asal Sulawesi Utara (terutama Minahasa) untuk merealisasi perjuangan.

Tokoh-tokoh yang direkrut antara lain, Yus Somba, Dolf Runturambi, Nun Pantouw, Abe (AC) Mantiri, Sam Ogi, Bob Tilaar, Lexi Tambayong, Boetje Pandeirot, No Ticoalu, Wim Ratulangi, Nus Kandou, Lexi Tambayong, Vence Sual, Wimpie Kaligis, Her Toar, Yo Mandang, Wim Tenges, Laurens Saerang dan seterusnya.

Pemerintahan Permesta melakukan pembangunan di Sulawesi Utara dengan uang (sebagian besar ) dari hasil perdagangan (barter) kopra dengan luar negeri atau daerah lain di Indonesia.

“Dari luar negeri Permesta Manado menerima barang-barang untuk pembangunan, antara lain, truk-truk, traktor medium dan besar, alat-alat besar untuk pembuatan jalan seperti stomwals, alat pemecah batu, semen, besi beton dan keperluan-keperluan untuk irigrasi dan jembatan, serta beras,” demikian kata Dolf Runturambi, mantan Kepala Staf Gubernur Militer Permesta dalam buku memoirnya, Permesta , Kandasnya Sebuah Cita-cita (Dicetak dan Diterbitkan Sarunjaya - Jakarta tahun 1988).

Sepanjang tahun 1957, Sulawesi Utara dibanjiri bantuan luar negri dan berpesta pora. Hampir satu bulan setelah mengumuman Piagam Permesta 2 Maret 1957, tokoh utama Permesta, Vence Sumual (awal April 1957) tiba di bandar udara Mapanget, Manado.

Ia disambut gegap gempita masyarakat Manado dan sekitarnya. Di sepanjang jalan raya Mapanget - Manado (30 kilometer), rakyat dan anak-anak sekolah melambaikan bendera merah putih dan memekikan, “Hidup Permesta”.

Hari itu Yus Somba dilantik jadi Gubernur Militer Permesta dan Dolf Runturambi sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Permesta.

Tanggal 15 Frebuari 1958, Letnan Kolonel Ahmad Husein mengumumkan PRRI di Padang. Malam 16 Frebuari 1958, Panglima Komando Daerah Militer Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah Yus Somba mengadakan rapat kilat dengan para tokoh militer setempat.

Hadir dalam rapat di Sario, Manado itu, antara lain Eddie Gagola, Dee Gerungan dan Dolf Runturambi. Rapat membicarakan soal PRRI di Padang.

Dalam rapat Yus Somba, membacakan radiogram yang dikirimkan Vence Sumual dari luar negeri. Radiogram itu beirisi pesan Vence Sumual agar Somba dan teman-teman Permesta lainnya jangan melakukan langkah-langkah sebelum Vence balik di Manado.

Ketika itu masuk ke ruang rapat, tokoh Partai Sosialis Indonesia (PSI) Manado, Abe Mantiri. Dia mengatakan, agar Permesta bersikap tegas, solider dan mendukung PRRI.

Tanggal 17 Frebuari 1958 pagi, Yus Somba dan rekan-rekannya rapat lagi. Rapat ini memutuskan, Permesta solider dengan PRRI dengan memutuskan hubungan dengan Pemerintah RI/Kabinet Juanda.

Hasil rapat ini diumumkan oleh Yus Somba di depan rapat massa di Lapangan Sario, Manado. Massa saat itu berteriak gemuruh, “Setujuuu” “Hidup Permesta”.

Lima hari kemudian, yakni tanggal 22 Frebuari 1958, Angkatan Udara RI membom Manado. Pecah perang Permesta di Sulawesi Utara - Tengah dan Maluku Utara.

Ketika itu Vence Sumual dalam perjalanan dari Filipina ke Manado. Siang hari, jam 14.00, tanggal 22 Frebuari 1958, Vence Sumual mendarat di lapangan rumput di Mapanget.

Pemboman ini membuat para tokoh militer TNI asal Sulawesi Utara, seperti Kolonel Alex E Kawilarang (atase militer RI di Washington DC, Amerika Serikat) dan Kolonel JF Warouw (atase militer di Beijing, RRC) pulang kampung di Sulawesi Utara dan bergabung dengan Permesta.

Kawilarang sudah menjadi Panglima Besar Angkatan Perang PRRI/Permesta sedangkan Warouw menjadi Wakil Perdana Menteri PRRI/Permesta.

Para putera putri Minahasa di perantauan, termasuk para mahasiswa yang belajar di Jawa juga pulang kampung bergabung dengan Permesta.

Gerombolan bersenjata di bawah Jan Timbuleng juga bergabung dengan Permesta. Semua ikut Permesta saat itu, dan munculnya ungkapan, rumput pun ikut Permesta.

Awal April 1958, Vence Sumual, Alex Kawilarang dan Yoop Warouw serta Prof Sumitro Djojohadikusumo (Menteri Perekonomian PRRI/Permesta) berkumpul di Gedung Bioskop Sonya di Tomohon yang dipenuhi massa pendukung Permesta.

Tepuk sorak beerkali-kali berkumandang di dalam dan luar gedung untuk para tokoh Permesta ini. Waraou, Kawiarang dan Sumual menjadi tiga serangkai pemimpin tertinggi gerakan Permesta.

Sementara itu, bantuan senjata dan alat perang seperti pesawat terbang tempur mutakhir mengalir ke Permesta.

Para pelatih militer dari Amerika Serikat juga berdatangan Sulawesi Utara membantu Permesta. Setelah itu Permesta memerintah Sulawesi Utara dan Tengah sambil berperang dan berpesta ria.


Pesta usai sudah

Tapi dalam perkembangan berikutnya, yakni antara 15 sampai 23 Mei 1958, terjadi situasi membalik. Sementara serangan TNI Darat, Laut dan Udara semakin gencar Amerika Serikat menarik bantuannya, setelah seorang pilot Amerika, Alen Pope tertembak jatuh di wilayah perairan Ambon.

Berbareng dengan peristiwa itu Pemerintah AS melihat serangan TNI ke PRRI/Permesta dipimpin para perwira tinggi yang anti komunis .Padahal AS membantu PRRI/Permesta karena sikap menetang pemerintahan pusat yang dianggap condong ke Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dalam pada itu, dalam proses perjuangan pemerintahan militer Permesta selanjutnya mengalami pertikaian dalam diri sendiri. Terjadi perang antar kelompok/pasukan dalam tubuh Permesta.

Masyarakat dan tokoh masyarakat dari Bolangmongondow, Gorontalo dan Sulawesi Tengah mulai menarik dukungan. Masyarakat Minahasa sendiri juga jadi korban perang antar kelompok ini.

Terjadi pula perampokan, pembakaran rumah penduduk, tindakan tidak senonoh kepada penduduk perempuan dan seterusnya.

Ditambah lagi pertikaian antara para pimpinan tertinggi Permesta, yakni antara Kawilarang, Sumual dan Warouw. Jatuh korban tewas akibat pertikaian ini, antara lain meninggalnya secara misterius Waraouw dan Timbuleng. Akhirnya Permesta menyerah dan bubar.

Perjuangan Permesta yang dikumandangan untuk otonomi luas bagi Indonesia Timur terus menciut menjadi perjuangan Minahasa yang saling bertikai pula. Ternyata membuat pemerintahan sendiri untuk Minahasa pun, Permesta mengalami kegagalan.

Pemerintahan RI di bawah Bung Karno setelah proklamasi 1945 tetap berjalan walapun harus menghadapi perlawanan dari tentara Belanda dan sekutu. Kemelut Indonesia di masa remajanya (1950 - 1960) juga cukup kritis.

Tapi sejarahwan dari Australia, MC Ricklefs mengatakan Ironi terbesar selama kurun waktu 1950 - 1957 ialah bahwa ketika negara Indonesia terpecah-pecah, negara itu juga besatu padu. Kurun waktu ketika Indonesia masih remaja ini yang diprotes, dikritik, dibrontak dan hendak dibetulkan oleh PRRI/Permesta.

Pemerintahan Orde Baru juga berusaha mengkoreksi dan membetulkan pemerintahan di kurun waktu itu ditambah kurun sampai 1965. Tiga puluh tiga tahun Orde Baru berusaha untuk membangun Indonesia dengan mengkoreksi pemerintahan sebelumnya, tapi menghadapi kerontokan di tahun 1998. Saat itu Indonesia mengalami kriris multidimensi.

Mungkin kita masih harus terus belajar dari sejarah seperti kata Bung Karno, jangan lupakan sejarah. Pengamat politik Indonesia, Dr Alfian, juga mengatakan hal seperti itu.

“Kedewasaan dan kebesaran suatu bangsa, kata orang, antara lain ditentukan oleh kemampuan bangsa itu memahami dirinya secara kritis dan keberaniannya mencari hal-hal bermakna dari masa lampaunya (sejarahnya),” kata Alfian.

Saya senang sekali ketika berbincang-bincang-bincang dengan Staf Khusus Gubernur Sulawesi Utara bidang Pemuda, Olden Kansil. Inteletual muda Minahasa lulusan Fakultas Psikologi Universitas Sam Ratulangi ini mengumpulkan kisah-kisah mikro perang Permesta.

Olden Kansil mengingatkan saya pada ucapan filsuf, politisi, ahli hukum dan orator dari Roma 2000 tahun lalu, yakni Cicero.

”Historia magistra vitae.” Sejarah itu adalah guru kehidupan. Bisa ditambahkan sedikit, ini masih kata Cicero, sejarah itu cahaya kebenaran (lux veritatis) dan pesan dari masa lalu (nuntia vetustatis). - J.Osdar

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Tren
6 Kelompok Orang yang Tidak Dianjurkan Mengonsumsi Kafein, Siapa Saja?

6 Kelompok Orang yang Tidak Dianjurkan Mengonsumsi Kafein, Siapa Saja?

Tren
Istri Bintang Emon Positif 'Narkoba' Usai Minum Obat Flu, Kok Bisa?

Istri Bintang Emon Positif "Narkoba" Usai Minum Obat Flu, Kok Bisa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com