Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Mbok Yem Menolak Turun dari Puncak Gunung meski Hutan Lawu Terbakar

KOMPAS.com - Gunung Lawu yang berada di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Kabupaten Ngawi, dan Magetan, Jawa Timur terbakar sejak Jumat (29/9/2023).

Hingga Senin (2/10/2023), upaya pemadaman api terus dilakukan oleh pihak terkait, mulai dari relawan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

Kendati Gunung Lawu mengalami kebakaran, pemilik warung legendaris Mbok Yem menolak untuk turun.

Mbok Yem adalah warga setempat yang membuka warung di ketinggian 3.150 mdpl atau selisih 115 mdpl dari puncak Gunung Lawu.

Ia bersikukuh bertahan di puncak gunung tersebut meski hutan dan lahan di sekitar warungnya sudah terbakar.

"Kemarin sudah kita siapkan jemputan, tetapi Mbok Yem tidak mau turun," ujar cucu Mbok Yem, Syaifudin, dikutip dari Kompas.com, Senin (2/10/2023).

Alasan Mbok Yem menolak turun

Syaifudin membeberkan alasan mengapa neneknya enggan turun dari warungnya saat Gunung Lawu terbakar.

Ia mengatakan, Mbok Yem tidak mau turun karena merasa kasihan dengan hewan peliharaan di warungnya.

Sebelum menolak turun, anak dan cucu Mbok Yem telah menyiapkan mobil dan peralatan tandu.

"Kemarin sudah kita siapkan jemputan, tetapi Mbok Yem tidak mau turun karena kasihan sama si Temon dan kucing, serta sejumlah hewan peliharaannya. Jadi dia memilih tetap tinggal di puncak," kata Syaifudin.

Lebih lanjut, Syaifudin juga menyampaikan, saat ini Mbok Yem dalam kondisi sehat meski menolak turun dari warungnya.

Ia juga memastikan bahwa warung neneknya aman dan tidak terbakar meski warung lainnya di sekitar pendakian sudah dilalap api.

Tak hanya itu, padang sabana yang berada di kawasan puncak juga sudah terbakar.

Syaifudin menjelaskan, warung Mbok Yem tetap aman karena sudah dibuat ilaran atau penyekat api di sekitar.

"Kalau posisi api sudah berada di sebelah Selatan warung Mbok Yem," ujarnya.

Siapa Mbok Yem?

Mbok Yem yang kini keukeuh bertahan warungnya adalah pemilik "Argo Dalem" yang sudah dibangun sejak 1980-an.

Dilansir dari Kompas.com, Kamis (1/9/2023), ia tidak hanya berjualan namun juga tinggal di warung tersebut.

Untuk operasional warung, Mbok Yem dibantu oleh kerabatnya, termasuk soal stok dagangan yang berasal dari orang lain.

"Jadi, ada orang yang antar barang ke sini tiga kali dalam seminggu," kata Mbok Yem.

Ia mengatakan, warungnya dibanjiri pembeli ketika momen 17 Agustus dan bulan Suro.

Mbok Yem mengaku ia hanya pulang setahun sekali. Hal ini dilakukan ketika momen Lebaran.

Mbok Yem biasanya merayakan Lebaran bersama keluarga besarnya di Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Saat pulang, Mbok Yem ditandu ketika turun gunung mengingat usianya yang sudah lanjut.

"Sudah tua ya, sekarang ditandu. Sudah tidak kuat seperti muda dulu. Dulu naik turun gunung menggendong barang," tuturnya.

(Sumber: Kompas.com/Sukoco, Reza Kurnia Darmawan | Editor: Pythag Kurniati).

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/03/090500165/alasan-mbok-yem-menolak-turun-dari-puncak-gunung-meski-hutan-lawu-terbakar

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke