Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gigitan Kutu Bisa Picu Alergi Daging Merah, Apa Gejalanya?

KOMPAS.com - Alergi daging merah yang dipicu gigitan kutu sempat merebak di Amerika Serikat (AS).

Menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada 27 Juli 2023, sekitar 450.000 orang telah terserang alergi ini.

Namun demikian, jumlah tersebut merupakan angka perkiraan yang terlalu rendah untuk alergi langka yang disebut sindrom alpha-gal atau alpha-gal syndrome (AGS) ini.

Kepala Asosiasi Alergi dan Imunologi University of North Carolina AS, Scott Commins menjelaskan, AGS mengacu pada alergi yang dapat berkembang setelah terkena gigitan kutu bintang tunggal atau lone star tick.

"Dan menyebabkan reaksi alergi terhadap daging sapi, babi, domba, rusa, dan daging mamalia lainnya, serta produk turunan seperti susu dan gelatin," ujarnya, dikutip dari Everyday Health, Rabu (31/7/2023).

Alergi daging merah karena molekul alpha-gal

Alpha-gal adalah molekul gula yang ditemukan di sebagian besar hewan dari kelompok mamalia, seperti sapi, domba, rusa, dan babi.

Bukan hanya produk daging mamalia, molekul alpha-gal juga ditemukan pada produk susu dan olahannya, termasuk gelatin dan keju.

Molekul ini tidak ditemukan pada ikan, reptil, maupun burung seperti ayam dan kalkun. Sayangnya, alpha-gal dapat juga ditemukan di dalam air liur kutu.

Manusia tidak menghasilkan molekul ini, sehingga akan terasa asing bagi tubuh.

"Sistem kekebalan tubuh kita bisa tertipu untuk membuat respons alergi terhadap gula ini,” terang Commins.

Setelah seseorang peka terhadap alpha-gal, mereka berpotensi mengembangkan alergi setiap kali mengonsumsi daging merah.

Sementara itu, dilansir dari Today, Rabu (23/8/2023), seseorang dapat mengembangkan alergi terhadap molekul alpha-gal jika telah tergigit lone star tick yang hidup di Amerika.

Meski demikian, jenis kutu selain kutu bernama ilmiah Amblyomma americanum itu tetap tidak dapat dikesampingkan sebagai pemicu masalah kesehatan noninfeksi ini.

Catatan CDC, saat ini kasus sindrom alpha-gal paling banyak dilaporkan di Amerika, tepatnya di Amerika Selatan, Timur, dan Tengah.

Selain berpotensi meluas, alergi ini pun mengancam nyawa para penderita. Terlebih, masih sangat jarang yang menyadari dirinya telah terserang.

Lebih buruknya, hingga saat ini masih sedikit dokter yang memahami sindrom alpha-gal, serta lebih sedikit yang mengetahui cara mendiagnosisnya.

Bahkan, penulis utama makalah baru CDC yang terbit Juli lalu, Ann Carpenter turut menyebut, sindrom alpha-gal adalah masalah kesehatan masyarakat dengan dampak parah yang dapat berlangsung seumur hidup.

Dapat menyerang orang-orang di semua kelompok umur, akan tetapi kasus lebih banyak terjadi pada orang dewasa.

Gejala atau tanda sindrom alpha-gal biasanya muncul dua hingga enam jam setelah mengonsumsi daging atau produk susu.

Reaksi alergi juga dapat terlihat setelah terpapar produk lain yang mengandung molekul alpha-gal, misalnya obat berlapis gelatin.

Gejala yang dimaksud umumnya meliputi:

  • Gatal-gatal dan ruam
  • Mual atau muntah
  • Sakit maag atau gangguan pencernaan
  • Diare
  • Batuk atau kesulitan bernapas
  • Penurunan tekanan darah
  • Pembengkakan pada bibir, tenggorokan, lidah, atau kelopak mata
  • Pusing
  • Pingsan.

Saat terkena alergi daging merah, reaksi satu orang dengan orang lainnya sangat mungkin berbeda.

Gejala dikelompokkan menjadi ringan, parah, hingga mengancam jiwa seperti kondisi anafilaksis, sehingga membutuhkan perawatan medis segera.

Oleh karenanya, jika mengalami gejala setelah mengonsumsi produk daging merah, konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan untuk didiagnosis.

Umumnya, pakar akan melakukan diagnosis melalui riwayat pasien, pemeriksaan fisik, dan tes darah untuk mencari antibodi spesifik atau protein yang dibuat khusus sistem kekebalan tubuh terhadap molekul alpha-gal.

Penyedia layanan kesehatan juga kemungkinan dapat merekomendasikan pasien untuk melalukan tes alergi pada kulit.

Hingga saat ini, belum ada pengobatan untuk mengatasi sindrom alpha-gal selain mengubah pola makan dengan menghindari asupan daging merah.

"Kabar baiknya adalah alergi ini bisa hilang dalam beberapa tahun jika tidak ada gigitan tambahan," kata Commins.

Pencegahan alergi daging merah

Salah satu cara untuk menghentikan alergi daging merah adalah mencegah agar tubuh tidak menjadi sasaran gigitan kutu.

Risiko terbesar tergigit kutu yang sangat agresif ini terjadi pada awal musim semi hingga akhir musim gugur.

Dengan diameter hanya sekitar 0,635 sentimeter, seseorang mungkin tidak akan merasakan, bahkan tidak menyadari telah digigit lone star tick.

Cara pencegahan tersebut meliputi langkah menghindari gigitan kutu di luar ruangan, seperti:

  • Hindari area berumput, semak belukar, dan hutan yang kerap menjadi tempat kutu bersemayam.
  • Berjalanlah di tengah jalan setapak dan tidak terlalu pinggir.
  • Gunakan obat nyamuk yang terdaftar.

Kemudian, setelah sampai rumah atau berada di dalam ruangan, pastikan untuk mengikut hal-hal berikut:

  • Periksa pakaian apakah ada kutu yang ikut terbawa.
  • Pastikan memeriksa seluruh tubuh, termasuk di bawah lengan, di dalam dan sekitar telinga, di dalam pusar, belakang lutut, rambut, dan sekitar pinggang.
  • Periksa berbagai peralatan dan hewan peliharaan.
  • Mandi dan kenakan baju bersih.

 

https://www.kompas.com/tren/read/2023/09/07/063000565/gigitan-kutu-bisa-picu-alergi-daging-merah-apa-gejalanya-

Terkini Lainnya

Pesawat Boeing 757 Milik Donald Trump Menabrak Pesawat Komersial di Bandara Florida

Pesawat Boeing 757 Milik Donald Trump Menabrak Pesawat Komersial di Bandara Florida

Tren
4 Fakta Anak Bunuh Ibu di Sukabumi, Gunakan Garpu Tanah dan Tidur dengan Bercak Darah

4 Fakta Anak Bunuh Ibu di Sukabumi, Gunakan Garpu Tanah dan Tidur dengan Bercak Darah

Tren
Cuaca Panas, Hindari Pakai Baju Berbahan Ini agar Tak Bau Badan

Cuaca Panas, Hindari Pakai Baju Berbahan Ini agar Tak Bau Badan

Tren
KRIS BPJS Kesehatan Siap Diterapkan, Mungkinkah Iuran Dipukul Rata?

KRIS BPJS Kesehatan Siap Diterapkan, Mungkinkah Iuran Dipukul Rata?

Tren
11 Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Imbas Kecelakaan Bus di Subang

11 Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Imbas Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemerintah Wajibkan Seluruh Penduduk Ikut BPJS Kesehatan, Bagaimana jika Tidak Mampu?

Pemerintah Wajibkan Seluruh Penduduk Ikut BPJS Kesehatan, Bagaimana jika Tidak Mampu?

Tren
Berstatus DPO, Begini Ciri 3 Buronan Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Berstatus DPO, Begini Ciri 3 Buronan Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Tren
Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa Kali Pertama dan Sekarang

Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa Kali Pertama dan Sekarang

Tren
Mengenal Spesies Ikan Baru di Pegunungan Meratus, Punya Penis di Bawah Kepala

Mengenal Spesies Ikan Baru di Pegunungan Meratus, Punya Penis di Bawah Kepala

Tren
Musim Haji 2024, Begini Prakiraan Cuaca di Arab Saudi dan Cara Mengeceknya

Musim Haji 2024, Begini Prakiraan Cuaca di Arab Saudi dan Cara Mengeceknya

Tren
OpenAI Luncurkan GPT-4o secara Gratis di ChatGPT, Apa Itu?

OpenAI Luncurkan GPT-4o secara Gratis di ChatGPT, Apa Itu?

Tren
Mengenal PTN BH, Keistimewaan, dan Daftar Kampusnya

Mengenal PTN BH, Keistimewaan, dan Daftar Kampusnya

Tren
4 Obat Ini Tak Boleh Diminum Bersama Jahe, Ada Hipertensi dan Diabetes

4 Obat Ini Tak Boleh Diminum Bersama Jahe, Ada Hipertensi dan Diabetes

Tren
Pendaftaran Poltekip dan Poltekim Kemenkumham 2024: Jadwal, Persyaratan, dan Cara Daftarnya

Pendaftaran Poltekip dan Poltekim Kemenkumham 2024: Jadwal, Persyaratan, dan Cara Daftarnya

Tren
Jarang Diketahui, Ini 6 Efek Samping Terlalu Banyak Minum Es Teh Saat Cuaca Panas

Jarang Diketahui, Ini 6 Efek Samping Terlalu Banyak Minum Es Teh Saat Cuaca Panas

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke