Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai soal Anak Muda Sulit Punya Rumah karena Sering Beli Kopi, Benarkah?

KOMPAS.com - Topik mengenai sulitnya anak muda membeli rumah kembali ramai diperbincangkan.

Sebuah unggahan di media sosial X, dulu Twitter, menyebut salah satu penyebab anak muda sulit membeli rumah adalah karena kebiasaan membeli kopi.

"Anak muda diprediksi bakal susah beli rumah kalau masih sering beli kopi tiap hari," tulis unggahan tersebut (22/8/2023).

Sejumlah warganet meninggalkan beragam komentar dalam postingan itu.

Sebagian dari mereka sepakat dengan pernyataan tersebut. Namun, sebagian lainnya tidak.

"Sebenernya itu yang susah adalah anak muda yang gak bisa mengatur keuangan dan males bekerja," tulis akun @ica******.

"Penyakit negara emang ya. kegagalan struktural tapi kesalahannya selalu dilimpahkan ke individu," ungkap akun @naug********.

Hingga Sabtu (2/9/2023), unggahan tersebut telah dikomentar 2.989 warganet, dibagikan 3.254 kali, dan disukai sebanyak 9.164 pengguna media sosial X.

Lantas, benarkah anak muda sulit membeli rumah karena kebiasaan minum kopi?

Kebiasaan ngopi berdampak buruk jika...

Perencana keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho mengatakan, kebiasaan minum kopi atau ngopi bisa berdampak buruk bagi perencanaan keuangan.

Terlebih lagi, apabila kebiasaan ngopi itu dilakukan ketika penghasilan tiap bulan masih terbatas.

"Kebiasaan konsumtif yang berdampak buruk bagi perencanaan keuangan apabila dilakukan ketika pengeluaran untuk ngopi lebih dari 10 persen penghasilan bulanan," terang Andi kepada Kompas.com, Sabtu (2/9/2023).

Kebiasaan ngopi yang tidak dibarengi dengan mengalokasikan dana untuk kebutuhan lainnya, seperti menabung, berinvestasi, dana darurat, dan tujuan finansial lainnya juga bisa berdampak buruk.

Namun, kebiasaan minum kopi bukan menjadi satu-satunya penyebab anak muda tidak bisa membeli rumah.

"Menurut saya kebiasaan ngopi hanya salah satu sebab saja anak muda tidak dapat membeli KPR," kata Andi.

"Akan lebih tepat bila penyebabnya adalah disebut sebagai gaya hidup," lanjut dia.

Andi mengatakan, gaya hidup berkontribusi besar pada keberhasilan anak muda membeli rumah.

Gaya hidup itu misalnya, kebiasaan ngopi, jajan makanan dan kuliner, gonta-ganti gadget, fashion, traveling dan wisata, serta hobi dan pengeluaran lainnya yang sebenarnya tidak terlalu penting dan diperlukan.

Di sisi lain, tidak dipungkiri bahwa inflasi harga properti yang terus melonjak juga menjadi alasan anak muda di Indonesia sulut membeli rumah.

"Penyebab lainnya yang tidak kalah penting adalah harga properti yang prosentase kenaikannya jauh lebih tinggi daripada prosentase kenaikan gaji dan penghasilan," ujar Andi.

Kendala harga properti

Dilansir dari harian Kompas (2021), besaran gaji atau Upah Minimum Pekerja (UMP) Jakarta nyatanya tidak cukup untuk membeli rumah di wilayah Ibu Kota.

Pekerja dengan gaji Rp 4,4 juta hanya bisa membeli rumah seharga Rp 168,8 juta.

Harga itu setara dengan harga terendah rumah baru tipe 36 di Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

Para pekerja tersebut mampu membeli rumah dari simulasi kredit dengan cicilan maksimum sebesar 35 persen dari gaji atau Rp 1,5 juta dan cicilan 15 tahun dengan bunga 8 persen.

Artinya, harga rumah yang bisa dijangkau untuk pekerja bergaji Rp 4,4 juta adalah sekitar Rp 168-Rp 200 juta.

Sementara untuk pekerja bergaji Rp 7 juta atau cicilan rumah Rp 2,5 juta per bulan, harga rumah yang terbeli sekitar Rp 250-300 juta.

Memiliki rumah di Jakarta hampir menjadi hal yang mustahil bagi masyarakat dengan tingkat penghasilan mereka yang tidak seimbang dengan presentasi kenaikan harga properti.

Dari analisis yang dilakukan, mahalnya harga tanah menyebabkan rumah tapak tipe 36 di Jakarta minimal berharga Rp 556 juta.

Harga sebesar itu hanya dapat dijangkau pekerja bergaji lebih dari Rp 14 juta per bulan atau cicilan Rp 4,9 juta.

Tips perencanaan keuangan untuk beli rumah

Perencana Keuangan OneShildt, Lusiana Darmawan juga menjelaskan bahwa kebiasaan membeli kopi tidak serta merta menjadi penyebab anak mudah sulit beli rumah.

Kebiasaan lain yang tidak diimbangi dengan investasi juga bisa menggagalkan anak muda untuk memiliki rumah.

Misalnya, kebiasaan belanja barang hobi, jajan di luar makan pokok, belanja online di luar kebutuhan pokok, dan lain-lain.

"Oleh karena itu, perlu memulai untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran. Punya dulu habitnya sehingga ada awareness terhadap spending habit," terang Lusiana kepada Kompas.com, Sabtu (2/9/2023).

Membeli rumah impian sebaikanya diimbangi dengan perencanaan bangunan berupa rumah atau apartemen, lokasi, harga propertin, target untuk punya properti, pemasukan saat ini, dan kemampuan angsuran yang sehat.

Berikut tips mengatur keuangan agar dapat membeli rumah bagi anak muda:

  1. Cek kesehatan keuangan dengan memahami rasio penting seperti rasio dana darurat, rasio tabungan, rasio cicilan utang.
  2. Simpan dana darurat dulu dan tumbuhkan kebiasaan menabung.
  3. Selanjutnya, tentukan tujuan keuangan dengan cara mengidentifikasi kebutuhan, misalnya rumah.
  4. Cari tahu harga rumah yang diinginkan. Pasang target kapan harus memiliki rumah.
  5. Cari tahu biaya lainnya yang harus ada di awal selain DP sehingga dapat ditentukan berapa cicilan dan kemampuan mengangsur.

Pastika rasio cicilan utang masih sehat. Jika tidak sesuai, tentunya disesuaikan lagi baik melalui harga propertinya maupun target lama cicilannya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/09/02/193000265/ramai-soal-anak-muda-sulit-punya-rumah-karena-sering-beli-kopi-benarkah-

Terkini Lainnya

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Tren
Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Tren
Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Tren
Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke