Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Konser Taylor Swift Sebabkan Guncangan Magnitudo 2,3, Kok Bisa?

KOMPAS.com - Konser Taylor Swift yang digelar selama dua hari berturut-turut di Lapangani Lumen, Seattle, Washington, (22-23/7/2023) memecahkan rekor.

Dalam tur bertajuk "The Era Tour" itu, penampilan Taylor Swift memicu aktivitas seismik yang signifikan, yakni setara dengan gempa magnitudo 2,3 yang kemudian disebut "Seismic Swift".

Seismolog sekaligus profesor geologi di Western Washington University Jackie Caplan-Auerback membandingkan data hasil seismograf dalam dua hari itu.

"Saya mengambil data dari kedua malam konser dan dengan cepat menyadari bahwa mereka jelas merupakan pola sinyal yang sama," kata dia, dilansir dari CNN.

"Jika saya menumpuknya satu sama lain, keduanya hampir identik," imbuh Caplan-Auerback.

Sebanyak 144.000 tiket ludes terjual dalam konser Taylor Swift di Seattle selama dua malam itu.

Salah satu pengunjung yang datang, Chloe Melas mengatakan bahwa konser itu memang tidak seperti pada biasanya.

"Anda benar-benar bisa merasakan tanah bergetar di bawah kaki. Telingaku masih berdenging," kata dia.

Lantas, mengapa konser Taylor Swift bisa memicu aktivitas seismik?

Guncangan konser Taylor Swift

Caplan-Auerback mendeteksi adanya guncangan dalam konser Taylor Swift setelah menyisir data yang diambil dari seismometer yang berlokasi tepat di sebelah Lapangan Lumen, Seattle.

Caplan-Auerback mengatakan bahwa alat seismometer mampu mengukur guncangan tanah pada frekuensi rendah.

Alat ini bisa menangkap getaran yang umumnya disebabkan oleh kereta dan mobil lewat suara.

Sebagian besar frekuensi yang dicatat seismometer berada di bawah jangkauan pendengaran manusia.

Caplan-Auerback mengumpulkan sekitar 10 jam data pada konser Taylor Swift yang menunjukkan bahwa ritme musik mengendalikan perilaku manusia.

"Musiknya, speaker-nya, iramanya. Semua energi itu dapat didorong ke dalam tanah dan mengguncangnya," ucap Caplan-Auerback.

Ahli seismologi di Pacific Northwest Seismic Network Mouse Reusch mengatakan, penelitian konser seismik di Seattle baru saja dimulai.

Pada konser Taylor Swift, data mengungkap bahwa para fans tampak bersenang-senang.

Dilansir dari Seatle Times, gelombang yang diterjemahkan menjadi sonogram menunjukkan adanya guncangan ketika Taylor Swift membawakan lagu "Blank Space" dan "Shake if Off".

Hal itu diidentifikasi ketika tanah berguncang dengan melihat detak per menit.

Kumpulan gelombang seismograf saat konser Taylor Swift di Seattle juga memunculkan indikasi adanya penundaan konser selama 26 menit pada Minggu (23/7/2023).

Beberapa penggemar berspekulasi bahwa penundaan itu karena adanya masalah teknis.

Lampaui Beast Quake

Sebelumnya, aktivitas seismik juga pernah terjadi pada 2011 yang disebut dengan Beast Quake.

Beast Quake terjadi ketika penggemar Seattle Seahawks beraksi dengan hasil pertandingan NFC melawan New Orleans Saints.

Data yang diperoleh Caplan-Auerbach menunjukkan bahwa getaran konser Taylor Swift melampaui Beast Quake.

"Gempanya dua kali lebih kuat dari Beast Quake. Itu benar-benar dua kali lipatnya," kata Caplan-Auerback.

Gelombang yang diterjemahkan dalam besaran itu mencatat bahwa Beast Quake memicu magnitudo 2, sedangkan Swift mencapai 2,3.

Perbedaan keduanya terlihat dari durasi guncangan. Caplan-Auerback mengatakan sorak sorai pada Beast Quake lebih acak jika dibandingkan dengan Seismic Swift.

Caplan-Auerbach juga masih menganalisis data konser The Weeknd pada Agustus lalu yang sedikit lebih keras dari Beast Quake tetapi tidak sekeras pada konser Taylor Swift.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/07/30/140000065/konser-taylor-swift-sebabkan-guncangan-magnitudo-2-3-kok-bisa-

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke