Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Antara Loyalitas Keilmuan dan Loyalitas Lembaga, Model Kerja Dokter di AS

Kedua, American Association of Phusician and Surgeon ( AAPS ). Didirikan tahun 1943, jauh lebih muda dari AMA. Organisasi merupakan organisasi yang mengutamakan kemandirian. Banyak didukung oleh anggota Partai Republik, termasuk mantan Presiden Ronald Reagan.

Kedua organisasi itu bersaing untuk menarik hati para dokter. Kedua organisasi memiliki pendekatan keorganisasian yang berbeda, khususnya dalam hal pengembangan dan aplikasi keilmuan.

AMA cenderung bersikap birokratis. Banyak mengeluarkan panduan terapi medis. Hal ini berfungsi untuk membantu para dokter bertindak cepat dalam menghadapi pasen. Panduan ini juga bertindak sebagai pelindung jika terjadi masalah akibat penanganan pasen. Atau biasa kita sebut malapraktik. Salah satu tokoh pengurusnya yang terkenal adalah Dr. Anthony Fauci, penasehat kesehatan Gedung Putih.

AAPS sebaliknya, bersifat antibirokratis. Lebih sedikit mengeluarkan panduan. Namun AAPS berani bertindak berbeda dengan panduan. Yang terpenting bagi AAPS adalah seorang dokter bertindak sesuai dengan standar keilmuan.

Bahkan dalam salah satu rilis pernyataan yang dimuat dalam The Washington Post tahun 2017, Jane Orient yang menjabat sebagai President of AAPS, menyebutkan bahwa seorang dokter seharusnya memiliki kemandirian dalam mengobati pasiennya. Pemerintah tidak seharusnya banyak mengatur tentang pelayanan. Penerapan standar pelayanan tidak mengacu pada batasan yang ditetapkan oleh asuransi kesehatan, tetapi murni berdasarkan biaya keekonomian dan standar ilmu kedokteran.

Punya kelebihan dan kekurangan

Kedua pendekatan keilmuan ini memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Pendekatan AMA lebih mudah diterapkan. Para dokter tidak terlalu dituntut penalaran atas berbagai kasus. Yang terpenting adalah mengikuti panduan yang telah ditetapkan kolegium masing-masing.

Sayangnya pendekatan ini kadang seringkali membuat para dokter kebingungan. Banyak sekali kasus di lapangan yang berbeda dengan apa yang disampaikan dalam panduan, sehingga para dokter tidak tahu harus berbuat apa saat menghadapi kasus yang berbeda. Akhirnya langsung dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

Pendekatan AMA juga lebih memberikan perlindungan secara hukum kepada para dokter. Selama mereka bertindak sesuai panduan, walaupun pasien mengalami kerugian berupa cacat atau bahkan meninggal. Mereka tidak dapat dituntut secara hukum karena telah bertindak sesuai panduan kolegium.

Pada pendekatan AAPS, seorang dokter dituntut untuk bertindak atas dasar keilmuan. Selama tindakannya mengikuti standar keilmuan yang diakui maka dokter tersebut dianggap telah bertindak benar. Sebaliknya jika dokter tersebut bertindak di luar standar keilmuan yang dimiliki akan dianggap salah, walaupun tindakannya telah mengacu kepada salah satu panduan.

Para pendiri AAPS berargumen bahwa pada dasarnya kita tidak pernah mengetahui apa yang tengah diderita seorang pasien.  Sehingga yang terpenting baginya adalah memahami situasi yang tengah dihadapi. Meskipun bisa jadi seorang dokter tidak tahu nama penyakit dari pasen yang tengah ditanganinya.

Pendekatan ini memang cenderung tidak praktis. Seorang dokter dituntut untuk benar-benar menguasai pengetahuan tentang situasi yang dihadapi. Dengan sikap seperti ini setiap dokter akan mampu berimprovisasi saat menghadapi situasi yang belum pernah dihadapinya.

Pendekatan ini sangat bermanfaat untuk pengembangan ilmu kedokteran. Sayangnya karena dituntut penguasaan yang tinggi atas materi ilmu kedokteran, anggota AAPS tidak terlalu banyak. Kebanyakan yang jadi anggotanya justru dokter-dokter dengan idealisme tinggi tentang standar ilmu kedokteran.

Namun meskipun, tidak mengeluarkan berbagai panduan klinis, AAPS tetap memiliki tim advokasi anggota. Hal ini terbukti dari keberhasilan tim pengacaranya dalam membela anggotanya dalam berbagai tuntutan hukum. Para pengacara AAPS berhasil mementahkan berbagai tuntutan malapraktik pada anggota. Hal ini dilakukan dengan menunjukkan bukti saintifik dari setiap tindakan yang telah dilakukan.

Berbeda dengan anggota AMA yang jauh lebih banyak. Mereka hanya dituntut untuk menjalankan panduan organisasi pada praktik klinik. Tidak terlalu banyak dituntut penguasaan situasi.

Untuk yang mencari jalan aman AMA memang tempatnya. Biasanya, para pengacara AMA menggunakan panduan sebagai alat pelindung. Namun stigma dokter yang tidak terlalu cerdas jadi melekat.

Masyarakat AS yang terbuka dan kritis tentu saja lebih memilih dokter-dokter yang tergabung dengan AAPS.  Hingga seringkali terjadi fraud, mengaku sebagai fellow dari AAPS padahal bukan. AAPS sendiri menjadi cenderung lebih selektif dalam penerimaan fellowship mereka.

Bagaimana di Indonesia

Gambaran situasi organisasi profesi kedokteran di AS menjadi pembanding situasi di Indonesia. Apalagi saat ini IDI (Ikatan Dokter Indonesia) sebagai organisasi pertama dan tertua mulai mendapat tantangan dari PDSI (Perkumpulan Dokter Seluruh Indonesia). Meski PDSI sendiri belum terlalu terlihat kiprahnya. Apakah akan mengikuti pola AAPS di AS ataukah obral perlindungan seperti halnya AMA.

Mudah-mudahan ada perbedaan pendekatan keilmuan dari PDSI, sehingga memberikan alternatif bagi masyarakat. Masyarakat bebas memilih dokter sesuai dengan kehendaknya. Ataukah PDSI akan menyatu kembali dengan IDI begitu persoalan diantara pengurusnya dengan IDI selesai. Entahlah.

Apakah masyarakat akan menerima pelayanan kesehatan yang lebih baik. Entahlah. Dengan kehadiran PDSI, apakah akan ada alternatif pendekatan pelayanan yang berbeda. Entahlah.

Yang dipelosok cuma bisa mendengar dan menonton. Salam hormat persaudaraan untuk semua sejawat. Tetap bersaudara walau beda visi.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/05/080000565/antara-loyalitas-keilmuan-dan-loyalitas-lembaga-model-kerja-dokter-di-as

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke