Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bukan Lagi Setiap Lima Dekade, Gelombang Panas di India Akan Terjadi Setiap Empat Tahun Sekali

KOMPAS.com - Seorang ilmuwan iklim di Imperial College London, Friederike Otto, mengatakan bahwa perubahan iklim membuat suhu akan lebih panas dan akan lebih sering terjadi.

Menurutnya, gelombang panas kemungkinan juga akan menyerang India sekitar setiap empat tahun sekali, bukan lagi setiap lima dekade seperti di masa lalu, dikutip dari CBC.

Gelombang panas ekstrem sedang melanda sebagian India dan memicu gangguan kekurangan listrik akut yang mempengaruhi jutaan orang. Hal ini terjadi karena lonjakan permintaan listrik akibat pemakaian AC.

Pasokan batu bara di banyak pembangkit listrik termal hampir habis, menyebabkan pemadaman listrik setiap hari terjadi di beberapa negara bagian.

Suhu panas yang sangat tinggi juga mendorong pihak berwenang untuk menutup sekolah.

Selain itu, gelombang panas ini juga memicu kebakaran di tempat pembuangan sampah raksasa.

India mencatat Maret tahun ini mencapai suhu terpanas sejak 1901, dan suhu rata-rata pada April di kantong utara dan tengah negara itu adalah yang tertinggi dalam 122 tahun.

Temperatur menembus 45 celcius di 10 kota pekan lalu, meskipun langit mendung dan hujan bisa segera meredakannya.

Pemadaman listrik yang saat ini sering terjadi di India merusak aktivitas ekonomi yang telah pulih kembali setelah pembatasan akibat pandemi. Pemadaman listrik bahkan dikatakan bisa sangat mengganggu layanan penting seperti rumah sakit.

Banyak negara bagian termasuk Uttar Pradesh, Punjab, Haryana dan Rajasthan mengalami pemadaman listrik hingga tujuh jam lamanya.

Pada Jumat (29/4/2022), Kementerian Perkeretaapian membatalkan lebih dari 750 layanan kereta penumpang untuk memungkinkan lebih banyak kereta barang memindahkan batu bara dari tambang ke pembangkit listrik.

Dari 165 pembangkit listrik batu bara India, 94 menghadapi pasokan batu bara yang sangat rendah, sementara delapan tidak beroperasi pada Minggu (1/5/2022).

"Kemudian tiba-tiba permintaan mulai meningkat dan persediaan mulai menurun jauh, jauh lebih cepat dari yang diantisipasi," kata ekonom energi di Institute for Energy Economics and Financial Analysis, Vibhuti Garg.

"Ini menjadi semacam situasi panik bahwa mereka akan segera kehabisan batu bara," sambungnya.

Namun, kelangkaan batu bara bukanlah akar masalahnya. Kurangnya antisipasi dan perencanaanlah yang membuat situasi semakin memburuk.

"Kami tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan peramalan yang tepat. Kenaikan permintaan seharusnya tidak mengejutkan," jelas Garg.

Garg mengatakan, beberapa kekurangan juga bisa dipenuhi dengan batubara impor.

Akan tetapi, harga global telah melonjak sejak invasi Rusia ke Ukraina, mencapai 400 dollar AS per ton pada Maret, sehingga menempatkannya di luar jangkauan perusahaan distribusi listrik.

Analis memperkirakan permintaan akan turun dalam beberapa minggu mendatang, terutama jika panas mereda, tetapi kemungkinan akan melonjak lagi pada Juli dan Agustus 2022.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/05/06/070500065/bukan-lagi-setiap-lima-dekade-gelombang-panas-di-india-akan-terjadi-setiap

Terkini Lainnya

Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal Usul Kehidupan di Bumi

Virus Raksasa Berusia 1,5 Miliar Tahun Ditemukan di Yellowstone, Ungkap Asal Usul Kehidupan di Bumi

Tren
3 Cara Melihat Aplikasi dan Situs yang Terhubung dengan Akun Google

3 Cara Melihat Aplikasi dan Situs yang Terhubung dengan Akun Google

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 22-23 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 22-23 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] ICC Ajukan Surat Penangkapan Pemimpin Israel dan Hamas | Mengintip Jasa 'Santo Suruh' yang Unik

[POPULER TREN] ICC Ajukan Surat Penangkapan Pemimpin Israel dan Hamas | Mengintip Jasa "Santo Suruh" yang Unik

Tren
Kronologi Singapore Airlines Alami Turbulensi, 1 Penumpang Meninggal

Kronologi Singapore Airlines Alami Turbulensi, 1 Penumpang Meninggal

Tren
Kronologi Makam Mahasiswi UMY Dibongkar Sehari Usai Dimakamkan

Kronologi Makam Mahasiswi UMY Dibongkar Sehari Usai Dimakamkan

Tren
4 Korupsi SYL di Kementan: Beli Durian Rp 46 Juta dan Gaji Pedangdut

4 Korupsi SYL di Kementan: Beli Durian Rp 46 Juta dan Gaji Pedangdut

Tren
Penyebab Kelebihan Berat Badan dan Obesitas pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Penyebab Kelebihan Berat Badan dan Obesitas pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Tren
Ada 'Andil' AS di Balik Kecelakaan Heli yang Menewaskan Presiden Iran

Ada "Andil" AS di Balik Kecelakaan Heli yang Menewaskan Presiden Iran

Tren
Kata Psikolog soal Pria Kuntit dan Teror Perempuan di Surabaya Selama 10 Tahun

Kata Psikolog soal Pria Kuntit dan Teror Perempuan di Surabaya Selama 10 Tahun

Tren
Geliat Bursa Pilkada Jateng 2024, Sudah Ada Tiga Nama yang Berpeluang Maju

Geliat Bursa Pilkada Jateng 2024, Sudah Ada Tiga Nama yang Berpeluang Maju

Tren
Daftar Harga Sapi dan Kambing untuk Idul Adha 2024

Daftar Harga Sapi dan Kambing untuk Idul Adha 2024

Tren
Bobby Nasution, 2020 Daftar PDI-P, 2024 Pindah ke Gerindra

Bobby Nasution, 2020 Daftar PDI-P, 2024 Pindah ke Gerindra

Tren
Mobil Selebgram Zoe Levana Masuk Jalur Busway, Bisa Didenda Rp 50 Juta

Mobil Selebgram Zoe Levana Masuk Jalur Busway, Bisa Didenda Rp 50 Juta

Tren
Mirip di Taiwan, Sidang Paripurna Indonesia Juga Pernah Ricuh hingga Terjadi Insiden Palu Hilang

Mirip di Taiwan, Sidang Paripurna Indonesia Juga Pernah Ricuh hingga Terjadi Insiden Palu Hilang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke