Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pemerintah Waspadai Varian Virus Corona AY.4.2 "Delta Plus", Apa Itu?

Varian virus AY.4.2 ini diketahui salah satu penyebab yang memicu lonjakan kasus di Inggris.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya terus memonitor varian ini.

Sejauh ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI belum mendeteksi varian baru AY.4.2 ini masuk ke Indonesia. 

“Kami sudah memonitor kemungkinan adanya varian-varian baru. Kami sudah lihat bahwa di Inggris ada satu varian yang berpotensi mengkhawatirkan, yaitu AY.4.2 yang belum masuk di Indonesia, yang sekarang terus kami monitor perkembangannya seperti apa,” kata Budi dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa (26/10/2021).

Varian ini merupakan turunan dari varian Delta, yang telah menyebabkan peningkatan kasus cukup signifikan di Inggris sejak Juli hingga Oktober 2021.

Apa itu varian AY.4.2

Varian virus corona AY.4.2 adalah turunan dari varian virus corona Delta. Varian AY.4.2 saat ini menyebar di Inggris, dan telah dikonfirmasi munvul di Amerika Serikat (AS).

Dikutip NDTV, sub-garis keturunan AY.4.2 mengandung dua mutasi pada protein lonjakannya, yaitu A222V dan Y145H.

Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UHKSA) memberikan sub-garis keturunan varian Delta AY.4 dengan nama resmi VUI-21OCT-01.

Melansir Healthline, menurut data resmi terbaru, AY.4.2 juga disebut sebagai “Delta Plus”, dan telah diidentifikasi di sekitar 6 persen kasus di Inggris.

Kemungkinan lebih menular

Data menunjukkan, varian AY.4.2 kemungkinan 10 persen lebih menular dibandingkan varian Delta yang paling umum, AY.4.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur University College London Genetics Institure Francois Balloux, PhD.


Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengungkapkan, varian Delta sangat menular dan lebih tahan terhadap pengobatan dibandingkan varian aslinya.

Adanya peningkatan sebesar 10 persen ini dapat menjadikan varian baru, AY.4.2 menjadi varian paling menular.

Namun, meskipun lebih menular tidak selalu mengartikan lebih mengkhawatirkan.

“Menular bukan berarti lebih berbahaya. Bukan berarti lebih ganas,” ujar Spesialis Penyakit Dalam dan Paru di Lenox Hill Hospital di New York Dr Len Horovitz.

Horovitz menjelaskan, masa inkubasi virus yang lebih pendek membuat virus lebih cepat dan lebih mudah menyebar dibandingkan yang membutuhkan masa inkubasi lebih lama.

Vaksin efektif melawan varian Delta Plus

Menurut Horovitz, tidak mungkin varian Delta Plus dapat menghindari semua kekebalan terkait vaksin corona.

Potensi penularan varian mengartikan adanya peningkatan kasus secara signifikan, yang dapat menyebabkan lebih banyak orang dengan penyakit serius.

“Saat ada lebih banyak kasus, muncul lebih banyak kemungkinan komplikasi, dan rawat inap. Tapi, vaksin melindungi dari rawat inap dan kematian,” ujarnya.

Vaksin booster

Para ahli menilai, sistem kekebalan tubuh kemungkinan telah dirangsang lebih kuat oleh vaksinasi. Namun, bukan berarti suntikan booster menjadi tidak penting.

Kendati begitu, memvaksinasi orang dewasa lebih penting daripada booster, yang mungkin hanya sedikit membantu mencegah lonjakan.

Memvaksinasi semua orang menjadi cara terbaik untuk melindungi diri dari corona, dan tanpa vaksinasi secara universal, pandemi tidak akan berakhir.


Negara yang melaporkan

Menurut cov-lineages.org, Inggris Raya telah menyumbang 92 persen kasus AY.4.2 diikuti oleh Denmark dan Jerman, masing-masing sebesar 1 persen.

Varian Delta Plus ini juga telah dilaporkan di AS, Israel, dan Rusia.

Di Israel, pemerintah mengonfirmasi temuan kasus AY.4.2 pada seorang bocah lelaki berusia 11 tahun yang tiba dari Eropa.

UKHSA menyatakan, meskipun terdapat bukti bahwa AY.4.2 masih muncul, tapi nampaknya tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Dalam hal suntikan vaksin Covid-19, sub-garis keturunan varian Delta tidak membuat vaksin yang saat ini digunakan menjadi kurang efektif untuk melawannya.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/10/26/150000765/pemerintah-waspadai-varian-virus-corona-ay.4.2-delta-plus-apa-itu-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke