Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alat Deteksi Covid-19 GeNose Dapat Izin Kemenkes, Digunakan untuk Skrining atau Diagnosis?

KOMPAS.com - GeNose, alat pendeteksi virus corona buatan para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini resmi mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Melansir laman UGM, Sabtu (26/12/2020), Ketua Tim Pengembang GeNose Kuwat Triyatna mengatakan izin edar GeNose dari Kemenkes turun pada 24 Desember.

Menurut Kuwat, setelah izin edar diperoleh maka tim akan melakukan penyerahan GeNose C19 hasil produksi massal batch pertama yang didanai oleh BIN dan Kemenristek/BRIN untuk didistribusikan.

Skrining atau diagnosis?

Bersamaan dengan ditemukannya alat ini, muncul beberapa pertanyaan. Salah satunya, apakah alat ini hanya untuk skrining saja atau bisa juga untuk diagnosis Covid-19.

Hal itu seperti yang di-twitkan oleh salah satu pengguna akun media sosial Twitter @blogdokter.

"Pertanyaan selanjutnya, dimanakah posisi alat ini? Apakah untuk skrining atau untuk alat diagnostik?

Mudah mudahan Kemenkes bisa menjawabnya dengan cepat.," tulis akun Twitter @blogdokter.

Lantas, apakah GeNose ini digunakan sebagai skrining saja atau bisa juga sebagai diagnosis? 

Terkait hal itu, Kompas.com menghubungi Direktur Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi.

Nadia mengatakan, pihaknya memang benar telah memberikan izin edar dari GeNose buatan UGM tersebut.

Hanya saja, terkait apakah alat itu digunakan sebagai skrining atau hingga diagnosis, Nadia belum bisa menjawabnya secara pasti.

"Nomor izin edar sudah keluar, kalau terkait apakah GeNose ini nantinya digunakan sebagai screening ataukah diagnosis (Covid-19), itu kami belum bahas," kata Nadia saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Minggu (27/12/2020).

"Dalam arti masih perlu dibahas lebih lanjut tentang penggunaannya, begitu," tambah pejabat Kemenkes yang juga didapuk sebagai Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes ini.

Pendalaman ahli dan panduan WHO

Nadia mengatakan, GeNose adalah alat atau temuan baru yang masih memerlukan pendalaman dari para ahli.

Dia menambahkan, dalam menentukan diagnosis, pihaknya selalu berpedoman dari rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli.

Kendati demikian, lantaran izin edar GeNose ini telah keluar, Kemenkes juga mempersilakan untuk menggunakan alat itu.

"GeNose ini kan sudah ada izin edarnya, silakan saja untuk digunakan. Tetapi, tetap saja kalau belum ada pedomannya untuk menegakkan diagnosis harus konfirmasi dengan antigen swab atau juga dengan PCR swab," ujar Nadia.

Dengan kata lain, selama belum diatur di dalam pedoman, maka untuk menegakkan diagnosis wajib kembali ke aturan yang telah ada.

Melansir laman UGM, 26 Oktober 2020, alat itu dikembangkan oleh Prof Dr Eng Kuwat Triyana dan timnya.

GeNose mendapatkan izin dari Kemenkes untuk menjalani uji diagnostik pada Oktober 2020. Desain uji diagnostik berupa cross sectional dan triple blinded.

Sementara itu, rekrutmen subjeknya adalah multicenter consecutive sampling hingga tercapai jumlah sampel berimbang antara kelompok positif Covid-19 dan negatif Covid-19.

Pada tahap awal penerapan GeNose C19 akan difungsikan sebagai alat screening Covid-19.

Anggota tim peneliti dr Dian Kesumapramudya Nurputra mengatakan, dalam uji diagnostik setiap pasien diambil sampel napas dan sampel swab nasofaring secara bersamaan.

Diberitakan Harian Kompas, 13 Oktober 2020, ditargetkan sebanyak 1.600 orang terlibat untuk diuji sampel napasnya.

Dalam uji diagnostik itu, setiap orang akan diambil dua kali sampel napasnya sehingga total ada 3.200 sampel yang akan diperiksa.

Uji diagnostik GeNose akan dilakukan di 9 rumah sakit (RS) di sejumlah kota di Indonesia.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/27/170000965/alat-deteksi-covid-19-genose-dapat-izin-kemenkes-digunakan-untuk-skrining

Terkini Lainnya

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Tren
Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Tren
Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Tren
Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Tren
Kevin Sanjaya Resmi Nyatakan Pensiun Dini dari Bulu Tangkis, Ini Alasannya

Kevin Sanjaya Resmi Nyatakan Pensiun Dini dari Bulu Tangkis, Ini Alasannya

Tren
Serba-serbi Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024: Prodi, Formasi, dan Penempatan

Serba-serbi Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024: Prodi, Formasi, dan Penempatan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke