Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Pura Kahyangan Tiga di Bali

Kompas.com - 20/04/2024, 09:00 WIB
Ini Tanjung Tani,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagai daerah dengan mayoritas penduduk beragama Hindu, Bali mempunyai pura atau tempat ibadah agama Hindu, yang jumlahnya tidak sedikit.

Bahkan selain dijuluki Pulau Dewata, Bali juga kerap disebut Pulau Seribu Pura.

Pura merupakan tempat suci bagi umat Hindu untuk beribadah dan berhubungan dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan segala manifestasinya.

Di setiap desa adat di Bali, terdapat Pura Kahyangan Tiga.

Seperti namanya, Pura Kahyangan Tiga terdiri dari tiga pura, yakni Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem.

Berikut sejarah Pura Kahyangan Tiga di Bali.

Baca juga: Watangan Matah dalam Pertunjukan Calonarang di Bali

Berawal dari banyaknya sekte Hindu di Bali

Keberadaan Pura Kahyangan Tiga di Bali bermula dari masa pemerintahan Raja Udayana (963-1011).

Pada masa itu, terdapat banyak aliran kepercayaan atau sekte Hindu yang berkembang di Bali.

Sembilan sekte di antaranya, Pasupata, Bhairawa, Siwa Sidhanta, Waisnawa, Bodha, Brahma, Resi, Sora, dan Ganapatya.

Keberadaan sekte tersebut tidak hanya memunculkan perbedaan, tetapi kerap terjadi perdebatan atau perbedaan pendapat yang berujung pada perpecahan karena perbedaan kepercayaan.

Tidak ingin masyarakatnya terganggu dan terpecah-belah karena masalah tersebut, Raja Udayana menugaskan Mpu Kuturan untuk mengadakan pertemuan dengan para tokoh agama Hindu di Bali.

Pertemuan itu menghasilkan keputusan bahwa dalam lingkungan masyarakat desa harus dibangun Pura Kahyangan Tiga sebagai tempat suci untuk memuja Trimurti (Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa), yang diketahui sebagai satu kesatuan tiga dewa tertinggi dalam agama Hindu.

Baca juga: Sejarah Pura Gede Perancak di Jembrana

Dewa Trimurti merupakan sebuah perwujudan atas siklus kehidupan, yaitu lahir, hidup dan mati.

Dalam kepercayaan Hindu, siklus kehidupan tersebut tidak akan pernah putus karena merupakan sebuah kodrat alam dan hukum dari Tuhan.

Ketiga kodrat alam tersebut juga disebut sebagai Trikona (segitiga) yang menggambarkan penciptaan, pemeliharaan, serta pengembalian, yang merupakan perwujudan dari Trimurti.

Hingga kini, Pura Kahyangan Tiga dapat ditemukan di setiap desa (desa adat) di Bali.

Fungsi Pura Kahyangan Tiga

Fungsi utama Pura Kahyangan Tiga adalah sebagai tempat pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang maha kuasa dan segala manifestasinya untuk mencari keamanan, ketenangan dan kemakmuran

Sebagai tiga tempat suci, Pura Kahyangan Tiga didirikan oleh Mpu Kuturan bersama para tokoh agama Hindu di masa Raja Udayana, tentunya memiliki tiga fungsi berbeda.

Baca juga: Upacara Melasti, Ritual Penyucian Diri untuk Menyambut Nyepi

Berikut ini Pura Kahyangan Tiga dan fungsinya.

Pura Desa

Pura Desa adalah tempat pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Brahma dalam fungsinya sebagai pencipta alam semesta.

Melansir kubutambahan.bulelengkab.go.id, Pura Desa biasanya dibangun di tengah-tengah atau terdapat di salah satu sudut Caturprata (Perempatan Agung).

Pada sudut lain terdapat Bale Wantilan (balai desa), rumah pejabat desa, dan pasar dengan Pura Melanting.

Pura Puseh

Pura Puseh adalah tempat pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Wisnu dalam fungsinya sebagai pemelihara.

Pura Puseh dibangun di bagian arah selatan desa yang menghadap ke pantai. Karena letaknya itu, pura ini juga biasa disebut dengan Pura Segara.

Baca juga: Tumpek Krulut, Hari Kasih Sayang Umat Hindu Bali

Pura Dalem

Pura Dalem adalah tempat pemujaan Dewa Siwa dalam fungsinya sebagai pemralina alam semesta.

Pura Dalem dibangun mengarah ke arah barat daya dari desa, karena arah tersebut adalah arah mata angin yang dikuasai oleh Dewa Rudra, yaitu aspek Siwa yang berfungsi mempralina segala yang hidup.

Pura Kahyangan Tiga bisa dalam wujud tiga buah pura, tetapi bisa juga dalam dua buah pura saja, di mana Pura Desa dan Pura Puseh menyatu, yang biasanya disebut Pura Puseh-Desa Bale Agung.

Sedangkan Pura Dalem menyendiri karena letaknya di dekat kuburan.

 

Referensi:

  • Ngurah Yoga Narendra Putra dkk. (2022). Pura Samuan Tiga: Napak Tilas Penyatuan Sekte di Bali. Jurnal Nirwasita, 3(2).
  • Sudiarta, Dewa Made, dan Ni Gusti Ayu Agung Nerawati. (2023). Eksistensi Pura Kahyangan Tiga di Desa Adat Penarukan Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan. Jurnal Pangkaja, 26 (1): 56-65.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com