Mengutip History, Del Dickson, seorang profesor ilmu politik di Universitas San Diego dan penulis buku pengantar demokrasi, mengatakan bahwa “Anda harus hadir secara fisik. Anda pergi dan berkumpul dengan warga lain untuk memutuskan masalahnya di hadapan Majelis pada hari itu.”
Dalam pertemuan Majelis, pemungutan suara dilakukan dengan mengangkat tangan dan pemenang ditentukan oleh sembilan “presiden” (proedroi).
Untuk mengindari kecurangan, penghitung suara akan dipilih secara acak, di pagi hari tepat sebelum Majelis bersidang.
Baca juga: 5 Sejarawan Yunani Kuno yang Terkenal
Ketika memutuskan kasus pengadilan pidana dan perdata, Majelis Yunani kuno melibatkan 200 hingga 5.000 juri.
Juri Athena memberikan suaranya secara rahasia dengan menggunakan batu kecil.
Setiap juri diberi dua batu kecil, yang terdiri dari satu batu padat dan satu berlubang.
Jika tiba waktunya pemungutan suara, masing-masing batu tersebut akan dimasukkan ke dalam dua guci berbeda, sehingga pilihannya tidak diketahui siapa pun.
Di Athena, jika seorang tokoh masyarakat dipermalukan atau terlalu populer untuk kepentingan demokrasi, maka dapat diasingkan hingga 10 tahun.
Sebelum tindakan pengasingan, lebih dulu dilakukan pemungutan suara menggunakan pecahan tembikar.
Setiap orang akan diberikan sepotong kecil pecahan tembikar untuk mencoret nama seseorang yang pantas diasingkan.
Baca juga: Gladiator, Petarung Era Romawi Kuno
Jika setidaknya ada 6.000 orang yang memilih nama yang sama, maka orang yang dipilih tersebut akan diasingkan dari Athena selama 10 tahun.
Salah satu korban kecurangan sistem pengasingan ini adalah Themistokles, pahlawan militer Athena dalam Pertempuran Salamis melawan Persia, yang diasingkan pada tahun 472 SM hingga kematiannya.
Terdapat bukti bahwa musuh-musuh politik Themistokles menuliskan namanya pada ratusan bahkan ribuan pecahan tembikar dan membagikannya kepada anggota Majelis yang buta huruf.
Hasilnya, nama Themistokles keluar sebagai tokoh yang paling banyak dipilih untuk diasingkan.
Di samping Athena, kota-kota di Yunani kuno juga melaksanakan pemilu dan mempraktikkan sistem pemungutan suara yang berbeda.
Sparta contohnya, meski tidak sepenuhnya menerapkan demokrasi, mereka mengisi kursi kosong badan tertinggi yang disebut Dewan Tetua (Gerousia), melalui teriakan.
Dewan Tetua terdiri dari dua raja Sparta dan 28 pejabat terpilih, yang semuanya berusia di atas 60 tahun dan akan menjabat seumur hidup.
Pemungutan suaranya cukup unik, setiap kandidat akan bergiliran masuk ke ruang pertemuan yang besar, dan orang-orang akan berteriak untuk menunjukkan pilihan mereka.
Di ruangan lain, ada juri yang akan membandingkan kerasnya teriakan untuk menentukan pemenangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.