Untuk menghadapi ancaman Kubilai Khan, Raja Kertanegara mengadakan hubungan persahabatan dengan Campa.
Bukti hubungan tersebut terdapat dalam Prasasti Po Sah (1306), yang menyatakan bahwa salah seorang permaisuri raja Campa adalah putri dari Jawa bernama Tapasi.
Dengan adanya hubungan tersebut, ketika tentara Kubilai Khan hendak menambah perbekalan di Campa, mereka ditolak untuk mendarat.
Dalam bidang keagamaan, Raja Kertanegara juga berusaha untuk mengimbangi Kubilai Khan, yakni dengan menganut agama Buddha Tantrayana dari aliran kalachakra.
Aliran inilah yang dianut oleh raja-raja Mongol, yang dirasa lebih sesuai dengan jiwa mereka.
Baca juga: Alasan Kubilai Khan Ingin Berdiplomasi dengan Kerajaan Singasari
Demikianlah Raja Kertanegara mempersiapkan diri secara fisik dan spiritual untuk menghadapi ancaman ekspansi Kubilai Khan.
Ketika sudah merasa cukup kuat, Raja Kertanegara bahkan berani menganiaya utusan Kubilai Khan yang datang ke hadapannya.
Pada 1290 dan 1291, Kubilai Khan mengirim utusan ke Jawa untuk menuntut supaya ada seorang pangeran yang dikirim ke China sebagai tanda tunduk kepada Dinasti Yuan.
Utusan yang ditugaskan ke Singasari untuk menemui Raja Kertanegara bernama Meng-Chi.
Penganiayaan terhadap Meng-Chi dianggap sebagai penghinaan besar dan merupakan pengumuman perang.
Oleh sebab itu, sesaat sekembalinya Meng-Chi ke hadapan Kubilai Khan, pasukan Mongol dikerahkan untuk menggempur Jawa.
Namun, sebelum menerima amukan pasukan Kubilai Khan, Kertanegara lebih dulu meninggal.
Ketika tentara Mongol tiba di Jawa pada 1293, Kertanegara telah meninggal akibat pemberontakan Jayakatwang dari Kediri.
Referensi: