Prasati Kebon Kopi I disebut juga Prasasti Tapak Gajah, karena pada permukaannya terdapat pahatan tapak kaki gajah yang dulunya ditunggangi oleh Raja Purnawarman.
Adapun Prasasti Kebon Kopi II disebut juga sebagai Prasasti Pasir Muara atau Prasasti Rakryan Juru Pengambat.
Baca juga: Prasasti Kebon Kopi I dan II
Prasasti Tugu ditemukan di daerah Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat memanjang dan isinya paling panjang di antara peninggalan Tarumanegara yang lain.
Terdapat empat hal menarik dari Prasasti Tugu dibandingkan dengan prasasti peninggalan Tarumanegara lainnya, di antaranya:
Mengenai nama Candrabhaga yang disebutkan Prasasti Tugu, Poerbatjaraka beranggapan bahwa itu adalah nama sungai di India yang diberikan kepada sungai di Jawa.
Melalui etimologi, para sejarawan menilai bahwa nama itu sekarang dikenal dengan nama Bekasi, yang diduga sebagai pusat Kerajaan Tarumanegara.
Prasasti Tugu juga menyebutkan adanya penggalian sungai, yang mungkin ditujukan untuk mengatasi banjir.
Baca juga: Prasasti Tugu: Letak, Isi, dan Maknanya
Prasasti Cidanghiang atau Prasasti Lebak ditemukan di Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, Pandeglang, Banten.
Isi Prasasti Cidanghiang berupa pujian kepada Purnawarman sebagai panji seluruh raja, keberanian, keagungan, dan keperwiraan sesungguhnya dari seluruh raja dunia.
Prasasti Muara Cianten pertama kali ditemukan oleh NW Hoepermans pada 1864, di tepi Sungai Cisadane.
Berikut ini isi Prasasti Muara Cianten.
"Ini tanda ucapak Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.
Prasasti ini juga ditemukan oleh NW Hoepermans pada 1864. Lokasi penemuannya berada di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, Kabupaten Bogor.
Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) serta gambar sepasang tapak kaki.
Baca juga: Peninggalan Kerajaan Tarumanegara