Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara

Kompas.com - 12/01/2024, 12:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Kerajaan Tarumanegara adalah salah satu kerajaan tertua di Nusantara, yang diperkirakan berdiri sejak abad ke-4.

Pusat pemerintahan kerajaan ini berada di wilayah Jawa Barat.

Nama raja dari Kerajaan Tarumanegara yang terkenal adalah Raja Purnawarman, yang paling banyak meninggalkan prasasti.

Peninggalan Kerajaan Tarumanegara selain prasasti dari era Raja Purnawarman sangat sedikit, begitu pula sumber sejarahnya.

Berikut ini 10 sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara.

Baca juga: Kerajaan Tarumanegara: Raja-raja, Puncak Kejayaan, dan Peninggalan

Prasasti Ciaruteun 

Prasasti Ciaruteun atau Prasasti Ciampea memuat sepenggal tulisan serta lukisan laba-laba dan tapak kaki Raja Purnawarman, yang diibaratkan kaki Dewa Wisnu.

Berikut ini isi Prasasti Ciaruteun.

"Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termasyur Purnawarman penguasa Tarumanegara."

Prasasti Jambu

Prasasti Jambu atau Prasasti Koleangkak ditemukan di puncak Bukit Koleangkak, sekitar 30 kilometer sebelah barat Kota Bogor.

Di dalam prasasti ini, untuk pertama kalinya dijumpai nama kerajaan, yakni Taruma.

Pada Prasasti Jambu juga berukir sepasang tapak kaki dan pujian terhadap Raja Purnawarman.

Baca juga: Prasasti Jambu: Letak, Penemu, dan Isinya

Berikut ini isi Prasasti Jambu.

"Yang termasyhur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju zirahnya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya."

Prasasti Kebon Kopi I dan II

Prasasti Kebon Kopi ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor. Penemunya adalah seorang pemilik perkebunan kopi, Jonathan Rigg.

Terdapat dua Prasasti Kebon Kopi, yang dinamai Prasasti Kebon Kopi I dan Prasasti Kebon Kopi II.

Prasati Kebon Kopi I disebut juga Prasasti Tapak Gajah, karena pada permukaannya terdapat pahatan tapak kaki gajah yang dulunya ditunggangi oleh Raja Purnawarman.

Adapun Prasasti Kebon Kopi II disebut juga sebagai Prasasti Pasir Muara atau Prasasti Rakryan Juru Pengambat.

Baca juga: Prasasti Kebon Kopi I dan II

Prasasti Tugu

Prasasti Tugu ditemukan di daerah Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.

Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat memanjang dan isinya paling panjang di antara peninggalan Tarumanegara yang lain.

Terdapat empat hal menarik dari Prasasti Tugu dibandingkan dengan prasasti peninggalan Tarumanegara lainnya, di antaranya:

  • Di dalamnya disebutkan nama dua sungai yang terkenal di Punjab, yaitu Sungai Candrabhaga dan Gomati, yang menimbulkan berbagai tafsiran para ahli.
  • Walaupun tidak lengkap, prasasti ini merupakan satu-satunya peninggalan Purnawarman yang menyebutkan unsur penanggalan.
  • Prasasti ini menyebutkan dilakukannya upacara selamatan oleh kaum Brahmana disertai dengan 1.000 ekor sapi yang dihadiahkan.
  • Prasasti ini menyebutkan dua nama selain Purnawarman.

Prasasti Tugu, salah satu dari tujuh prasasti bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara.Portal Informasi Indonesia Prasasti Tugu, salah satu dari tujuh prasasti bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara.
Mengenai nama Candrabhaga yang disebutkan Prasasti Tugu, Poerbatjaraka beranggapan bahwa itu adalah nama sungai di India yang diberikan kepada sungai di Jawa.

Melalui etimologi, para sejarawan menilai bahwa nama itu sekarang dikenal dengan nama Bekasi, yang diduga sebagai pusat Kerajaan Tarumanegara.

Prasasti Tugu juga menyebutkan adanya penggalian sungai, yang mungkin ditujukan untuk mengatasi banjir.

Baca juga: Prasasti Tugu: Letak, Isi, dan Maknanya

Prasasti Cidanghiang

Prasasti Cidanghiang atau Prasasti Lebak ditemukan di Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, Pandeglang, Banten.

Isi Prasasti Cidanghiang berupa pujian kepada Purnawarman sebagai panji seluruh raja, keberanian, keagungan, dan keperwiraan sesungguhnya dari seluruh raja dunia.

Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten pertama kali ditemukan oleh NW Hoepermans pada 1864, di tepi Sungai Cisadane.

Berikut ini isi Prasasti Muara Cianten.

"Ini tanda ucapak Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.

Prasasti Pasir Awi

Prasasti ini juga ditemukan oleh NW Hoepermans pada 1864. Lokasi penemuannya berada di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, Kabupaten Bogor.

Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) serta gambar sepasang tapak kaki.

Baca juga: Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Berita China

Berita China yang diduga kuat menceritakan tentang Kerajaan Tarumanegara adalah catatan Fa Hien, catatan dari Dinasti Soui, dan Dinasti Tang.

Fa Hien adalah penjelajah dari China yang pernah ke Jawa pada awal abad ke-5. Catatannya menjadi sumber informasi penting yang mengungkap kondisi masyarakat Kerajaan Tarumanegara.

Salah satu hal yang diberitakan Fa Hien dalam catatannya adalah kehidupan agama dari Ye-po-ti.

Para sejarawan memperkirakan bahwa Ye-po-ti adalah Kerajaan Tarumanegara.

Dari berita Fa Hien, diketahui bahwa pada awal abad ke-5, di Tarumanegara terdapat tiga macam agama, yakni agama Buddha, Hindu, dan agama "kotor atau buruk".

Fa Hien mengatakan bahwa di Ye-po-ti sedikit sekali dijumpai orang yang beragama Buddha seperti dirinya, tetapi banyak dijumpai Brahmana (pendeta agama Hindu) dan orang-orang yang agamanya buruk.

Mengingat pada masa Kerajaan Tarumanegara pengaruh agama Hindu dari India pada taraf pertama penyebarannya, tidak janggal apabila ditemui banyak Brahmana.

Baca juga: Fa Hien, Penjelajah China Pertama yang Pernah ke Jawa

Sedangkan berita dari Dinasti Soui mengatakan bahwa pada tahun 528 dan 535, datang utusan dari To-lo-mo, yang terletak di sebelah selatan.

Para ahli meyakini bahwa yang dimaksud dengan To-lo-mo terletak di daerah Jawa Barat, yakni Tarumanegara.

Arca Rajasari

Arca Rajasari termasuk arca tua yang tidak diketahui secara pasti lokasi penemuannya yang asli. Arca ini diperkirakan ditemukan di daerah Jakarta.

Arca Rajasari menggambarkan tentang raja sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Tugu, yang memiliki sifat seperti Dewa Wisnu.

Arca Wisnu Cibuaya

Terdapat dua arca Wisnu Cibuaya yang ditemukan, yang dinamai arca Wisnu Cibuaya I dan arca Wisnu Cibuaya II.

Arca Wisnu Cibuaya I berasal dari abad ke-7, dan dianggap dapat melengkapi prasasti-prasasti peninggalan Purnawarman.

Arca ini mempunyai persamaan dengan arca yang ditemukan di Semenanjung Melayu, Siam, dan Kamboja, juga terdapat kemiripan dengan langgam seni Pallawa dari India Selatan.

Hal itu membuktikan adanya aliran seni di Jawa Barat.

Arca Wisnu Cibuaya II diyakini berusia sangat tua karena persamaan yang ditemukan dengan arca Seni Pala pada abad ke-7 dan 8.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com