Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

10 Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara

Pusat pemerintahan kerajaan ini berada di wilayah Jawa Barat.

Nama raja dari Kerajaan Tarumanegara yang terkenal adalah Raja Purnawarman, yang paling banyak meninggalkan prasasti.

Peninggalan Kerajaan Tarumanegara selain prasasti dari era Raja Purnawarman sangat sedikit, begitu pula sumber sejarahnya.

Berikut ini 10 sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara.

Prasasti Ciaruteun 

Prasasti Ciaruteun atau Prasasti Ciampea memuat sepenggal tulisan serta lukisan laba-laba dan tapak kaki Raja Purnawarman, yang diibaratkan kaki Dewa Wisnu.

Berikut ini isi Prasasti Ciaruteun.

"Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termasyur Purnawarman penguasa Tarumanegara."

Prasasti Jambu

Prasasti Jambu atau Prasasti Koleangkak ditemukan di puncak Bukit Koleangkak, sekitar 30 kilometer sebelah barat Kota Bogor.

Di dalam prasasti ini, untuk pertama kalinya dijumpai nama kerajaan, yakni Taruma.

Pada Prasasti Jambu juga berukir sepasang tapak kaki dan pujian terhadap Raja Purnawarman.

Berikut ini isi Prasasti Jambu.

"Yang termasyhur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju zirahnya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya."

Prasasti Kebon Kopi I dan II

Prasasti Kebon Kopi ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor. Penemunya adalah seorang pemilik perkebunan kopi, Jonathan Rigg.

Terdapat dua Prasasti Kebon Kopi, yang dinamai Prasasti Kebon Kopi I dan Prasasti Kebon Kopi II.

Prasati Kebon Kopi I disebut juga Prasasti Tapak Gajah, karena pada permukaannya terdapat pahatan tapak kaki gajah yang dulunya ditunggangi oleh Raja Purnawarman.

Adapun Prasasti Kebon Kopi II disebut juga sebagai Prasasti Pasir Muara atau Prasasti Rakryan Juru Pengambat.

Prasasti Tugu

Prasasti Tugu ditemukan di daerah Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.

Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat memanjang dan isinya paling panjang di antara peninggalan Tarumanegara yang lain.

Terdapat empat hal menarik dari Prasasti Tugu dibandingkan dengan prasasti peninggalan Tarumanegara lainnya, di antaranya:

Melalui etimologi, para sejarawan menilai bahwa nama itu sekarang dikenal dengan nama Bekasi, yang diduga sebagai pusat Kerajaan Tarumanegara.

Prasasti Tugu juga menyebutkan adanya penggalian sungai, yang mungkin ditujukan untuk mengatasi banjir.

Prasasti Cidanghiang

Prasasti Cidanghiang atau Prasasti Lebak ditemukan di Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, Pandeglang, Banten.

Isi Prasasti Cidanghiang berupa pujian kepada Purnawarman sebagai panji seluruh raja, keberanian, keagungan, dan keperwiraan sesungguhnya dari seluruh raja dunia.

Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten pertama kali ditemukan oleh NW Hoepermans pada 1864, di tepi Sungai Cisadane.

Berikut ini isi Prasasti Muara Cianten.

"Ini tanda ucapak Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.

Prasasti Pasir Awi

Prasasti ini juga ditemukan oleh NW Hoepermans pada 1864. Lokasi penemuannya berada di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, Kabupaten Bogor.

Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) serta gambar sepasang tapak kaki.

Berita China

Berita China yang diduga kuat menceritakan tentang Kerajaan Tarumanegara adalah catatan Fa Hien, catatan dari Dinasti Soui, dan Dinasti Tang.

Fa Hien adalah penjelajah dari China yang pernah ke Jawa pada awal abad ke-5. Catatannya menjadi sumber informasi penting yang mengungkap kondisi masyarakat Kerajaan Tarumanegara.

Salah satu hal yang diberitakan Fa Hien dalam catatannya adalah kehidupan agama dari Ye-po-ti.

Para sejarawan memperkirakan bahwa Ye-po-ti adalah Kerajaan Tarumanegara.

Dari berita Fa Hien, diketahui bahwa pada awal abad ke-5, di Tarumanegara terdapat tiga macam agama, yakni agama Buddha, Hindu, dan agama "kotor atau buruk".

Fa Hien mengatakan bahwa di Ye-po-ti sedikit sekali dijumpai orang yang beragama Buddha seperti dirinya, tetapi banyak dijumpai Brahmana (pendeta agama Hindu) dan orang-orang yang agamanya buruk.

Mengingat pada masa Kerajaan Tarumanegara pengaruh agama Hindu dari India pada taraf pertama penyebarannya, tidak janggal apabila ditemui banyak Brahmana.

Sedangkan berita dari Dinasti Soui mengatakan bahwa pada tahun 528 dan 535, datang utusan dari To-lo-mo, yang terletak di sebelah selatan.

Para ahli meyakini bahwa yang dimaksud dengan To-lo-mo terletak di daerah Jawa Barat, yakni Tarumanegara.

Arca Rajasari

Arca Rajasari termasuk arca tua yang tidak diketahui secara pasti lokasi penemuannya yang asli. Arca ini diperkirakan ditemukan di daerah Jakarta.

Arca Rajasari menggambarkan tentang raja sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Tugu, yang memiliki sifat seperti Dewa Wisnu.

Arca Wisnu Cibuaya

Terdapat dua arca Wisnu Cibuaya yang ditemukan, yang dinamai arca Wisnu Cibuaya I dan arca Wisnu Cibuaya II.

Arca Wisnu Cibuaya I berasal dari abad ke-7, dan dianggap dapat melengkapi prasasti-prasasti peninggalan Purnawarman.

Arca ini mempunyai persamaan dengan arca yang ditemukan di Semenanjung Melayu, Siam, dan Kamboja, juga terdapat kemiripan dengan langgam seni Pallawa dari India Selatan.

Hal itu membuktikan adanya aliran seni di Jawa Barat.

Arca Wisnu Cibuaya II diyakini berusia sangat tua karena persamaan yang ditemukan dengan arca Seni Pala pada abad ke-7 dan 8.

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/01/12/120000379/10-sumber-sejarah-kerajaan-tarumanegara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke