Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Al Makin
Rektor UIN Sunan Kalijaga

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Prof. Dr. phil. Al Makin, S.Ag. MA, kelahiran Bojonegoro Jawa Timur 1972 adalah Profesor UIN Sunan Kalijaga. Penulis dikenal sebagai ilmuwan serta pakar di bidang filsafat, sejarah Islam awal, sosiologi masyarakat Muslim, keragaman, multikulturalisme, studi minoritas, agama-agama asli Indonesia, dialog antar iman, dan studi Gerakan Keagamaan Baru. Saat ini tercatat sebagai Ketua Editor Jurnal Internasional Al-Jami’ah, salah satu pendiri portal jurnal Kementrian Agama Moraref, dan ketua LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2020. Makin juga tercatat sebagai anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia) sejak 2017. Selengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al_Makin.

Sekularisasi Gagal atau Model Baru?

Kompas.com - 21/12/2023, 10:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sekularisasi sebetulnya adalah proyek panjang dalam sejarah dan belum selesai. Konsep seperti dipahami oleh filosof Jerman, Juergen Habermas yang memaknai sekularisasi adalah wacana terbuka.

Namun bagi sebagian pemikir tradisi Amerika kritis, sekularisasi perlu ditinjau ulang, seperti Peter Berger. Sekularisasi telah gagal. Sekularisasi tidak lagi tepat saat ini.

Manusia berpolitik dan hidup bermasyarakat ternyata tidak bisa melepaskan diri dari unsur agama. Agama tetap hadir dan tidak bisa dihilangkan.

Di Indonesia praktiknya, memang hukum dan peraturan negara kita disahkan lembaga legislatif dan dilaksanakan oleh yudikatif, dan bukan kembali ke Kitab Suci agama-agama yang enam itu. Itu bentuk sekularisasi.

Hukum dari manusia, bukan Tuhan. Secara formal dan legal begitu. Pemilu juga proses manusia di bilik suara, bukan ritual dan ibadah di tempat ibadah. Penentuan kemenangan juga dengan penghitungan suara, bukan bertasbih.

Tetapi praktiknya tidak begitu saja, agama tidak lalu hilang dari proses-proses politik. Bahasa agama tetap hadir dan bermanfaat.

Setelah Indonesia merdeka, penggunaan bahasa agama lebih mudah dipahami, baik oleh pemimpin ataupun rakyat. Berbagai isu politik menggunakan bahasa agama.

Kata demokrasi dibahasakan dengan contoh-contoh dalam ajaran agama, baik ayat-ayat Kitab Suci ataupun tradisi agama.

Banyak program pemerintah Orde Baru dikomunikasi ke rakyat dengan bahasa agama, seperti Keluarga Berencana (KB) diartikan sebagai keluarga bahagia (sakinah).

Dalam ranah politik praktis, partai-partai di Indonesia tetap yang terikat dengan sentimen agama. Tentu itu sudah dimodifikasi sedemikian rupa.

Nyatanya, tidak ada partai politik Indonesia yang benar-benar agamis, pasti ada sisi nasionalisnya.

Begitu juga tidak ada partai politik yang benar-benar nasionalis, pasti mengakomodasi unsur-unsur agamisnya.

Bahkan kecenderungan penyeragaman ideologi dan kesamaan sikap banyak partai politik di Indonesia terasa. Mana nasionalis, mana religious, mana konservatif, mana tradisionalis, mana progresif, semua terasa bercampur seperti gado-gado dan saling mengakomodasi. Garis antara agamis dan nasionalis kabur.

Tidak hanya di Indonesia, di Amerika agama pun tetap hadir. Partai Republik, partai yang menjadi tumpuan presiden Donald Trump, menggunakan sentimen keagamaan Kristen Protestan.

Konservatisme, baik sentimen agama maupun nasionalisme sempit dihembuskan, mengatarkan Trump menjadi presiden.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Muhammad Menangis

Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Muhammad Menangis

Stori
6 Peninggalan Kerajaan Ternate

6 Peninggalan Kerajaan Ternate

Stori
Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Stori
Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Stori
Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Stori
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Stori
4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

Stori
Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Stori
Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Stori
Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Stori
Sejarah Penemuan Angka Romawi

Sejarah Penemuan Angka Romawi

Stori
7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

Stori
Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Stori
7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

Stori
Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com