Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yamato, Kapal Perang Terbesar Era Perang Dunia II

Kompas.com - 20/12/2023, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Thoughtco

KOMPAS.com - Yamato adalah kapal perang milik Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang diugaskan semasa Perang Dunia II (1939-1945).

Kapal Yamato dan Musashi, menjadi kapal perang terbesar di dunia pada masanya dengan bobot mencapai 72.000 ton dalam muatan penuh.

Pertempuran sengit era Perang Dunia II membuat umur Yamato tidak panjang.

Kapal Yamato tenggelam pada 7 April 1945 setelah dihujani bom oleh Amerika Serikat (AS).

Baca juga: HMS Hood, Kapal Perang Kebanggaan Inggris yang Ditenggelamkan Jerman

Sejarah pembuatan kapal Yamato

Melansir ThoughtCo, pembangunan Yamato yang dipimpin oleh Keiji Fukuda sebagai kepala desainer, mulai dirancang pada 1934.

Pada 1936, Jepang menarik diri dari Perjanjian Angkatan Laut Washington, yang membatasi pembangunan kapal perang maksimal seberat 35.000 ton.

Menyusul langkah tersebut, rancangan Fukuda yang bermaksud menjadikan Yamato sebagai kapal raksasa berbobot 68.000 ton, diajukan.

Saat itu, Jepang ingin menciptakan kapal perang yang lebih besar dan lebih unggul dari yang dimiliki oleh negara mana pun.

Mulanya ada lima kapal perang jenis Yamato yang akan dibuat, tetapi hanya dua yang bisa direalisasikan.

Untuk persenjataan utama kapal, senjata Tipe 94 berukuran 460 mm dipilih karena diyakini dapat mengungguli kapal perang AS.

Sembilan senjata utama yang dipilih untuk Yamato tersebut merupakan yang terbesar yang pernah dipasang di kapal perang.

Baca juga: Bismarck, Kapal Kebanggaan Nazi yang Tenggelam dalam Misi Pertamanya

Pada 4 November 1937, Yamato mulai dibangun di Galangan Kapal Angkatan Laut Kure.

Proses pembuatan dan detail informasi mengenai Yamato berusaha disembunyikan oleh Jepang dari negara lain.

Pada 8 Agustus 1940, ketika Perang Dunia II sudah berkecamuk di Eropa, Yamato diluncurkan secara diam-diam.

Nama Yamato merupakan nama kuno untuk Jepang dan telah digunakan sebagai salah satu nama provinsi di sana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com