Demokrasi modern juga tidak ada dalam praktik Majapahit, Mataram, Sriwijaya, atau kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Di Eropa ada praktik republik menjelang abad pencerahan, penemuan, dan kebangkitan, misalnya di Florensia. Namun, praktik itu sangat terbatas dalam suasana feodalisme.
Inggris pelan-pelan mengakomodasi peran parlemen. Perancis menyaksikan revolusi yang menumbangkan rajanya.
Jepang sangatlah kokoh peran emperium, shogun, samurai, dan sistem tradisionalnya. China dari satu dinasti ke dinasti lainnya akhirnya melahirkan revolusi sosialis dan komunis.
Korea utara walaupun namanya Republik Rakyat Demokrasi Korea, jauh dari praktik itu, hingga kini.
Kembali pada nilai-nilai demokrasi, tentu pembacaan dan tafsir ulang Kitab Suci yang sudah dilakukan berkali-kali oleh para pemikir Muslim menemukan kata-kata kunci tentang mental, moral, dan prinsip-prinsip itu: adil, sejahtera, musyawarah, hak asasi, perdamaian dan lain-lain.
Kitab-Kitab Suci agama dan iman lain pun juga mengandung ajaran-ajaran mulia kemanusiaan.
Hindu, Buddha, Kristiani, Konghucu, ajaran-ajaran leluhur Nusantara juga mengajarkan moral, mental, dan prinsip hidup jujur, manusiawi, dan menghindari ketamakan. Nilai-nilai demokrasi ada di situ.
Di sisi lain, saat ini banyak cendikiawan Barat yang sering menunjukkan keraguan, apakah demokrasi cocok dengan Islam? Bisakah masyarakat Muslim ber-demokrasi?
Apakah sistem pemilihan, partai politik, tegaknya hukum, kesepakatan, hak-hak dasar manusia, dan perdamaian bisa dilakukan bangsa-bangsa Muslim?
Apakah hanya negara-negara sekuler murni dan tradisi Kristiani Barat yang bisa menyelenggarakan demokrasi?
Ini terjawab dengan berbagai pengukuran empiris indeks negara-negara berpenduduk Muslim di dunia dari Timur Tengah, Afrika, Asia, dan Asia Tenggara.
Indonesia rata-rata nomor dua dari segi indeks. Jika angkanya satu sampai sepuluh, nilai Indonesia antara enam atau tujuh. Malaysia kebetulan banyak yang menempatkan urutan pertama.
Tentu pertimbangan itu tidak semata-mata prosedur seperti Pemilu saat ini atau adanya institusi demokrasi seperti parlemen, presiden, atau sistem yudikatif.
Namun bagaimana jalannya stabilitas politik, performa ekonomi, kebebasan media, peran masyarakat sipil, dan penegakan hukum berjalan.
Kita harus akui Malaysia sering lebih stabil dari Indonesia. Tetapi negara-negara lain lebih kacau lagi.
Negara-negara Muslim Timur Tengah sulit mengatasi konflik. Negara-negara Afrika labil. Asia Tengah sangat sulit kompromi politik.
Indonesia cukup menggembirakan, bukan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.