Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KH Abdul Chalim, Ulama Asal Majalengka

Kompas.com - 08/11/2023, 20:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kiai Haji Abdul Chalim atau dikenal KH Abdul Chalim Leuwimunding adalah salah satu dari 13 tokoh pemrakarsa organisasi Islam Nahdlatul Ulama yang didirikan pada 1926.

Sepanjang kariernya, KH Abdul Chalim berperan besar dalam menyampaikan gagasan-gagasan keagamaannya ke masyarakat.

Selain itu, KH Abdul Chalim juga berjasa dalam membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan dengan cara menyampaikan kabar-kabar yang ia peroleh ke kota asalnya, Majalengka, Jawa Barat.

Berkat sumbangsihnya itu, pada Rabu (8/11/2023), KH Abdul Chalim secara resmi ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo.

Baca juga: Sejarah Nahdlatul Wathan

Biografi singkat KH Abdul Chalim

KH Abdul Chalim lahir pada 1898. Ia merupakan putra dari seorang kepala desa bernama Kedung Wangsagama yang cukup disegani di wilayahnya dan ibunya bernama Nyai Satimah.

Saat kecil, KH Abdul Chalim menyelesaikan sekolahnya di HIS Cirebon.

Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikannya ke berbagai pondok pesantren di Cirebon, seperti Pesantren Trajaya (Majalengka), Pesantren Kedungwuni (Kadipaten), dan Pesantren Kempek (Cirebon).

Kemudian, pada 1914, saat usianya baru menginjak 16 tahun, KH Abdul Chalim berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu ke tanah Hijaz selama dua tahun.

Selama di sana, Chalim banyak belajar dari ulama-ulama tersohor, salah satunya Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani atau Imam Nawawi Banten.

Selain belajar, Abdul Chalim juga aktif sebagai anggota sekaligus pengurus Sarekat Islam Hijaz, yang kemudian melebur ke dalam NU.

Setelah dua tahun, KH Abdul Chalim kembali ke Indonesia pada 1917.

Sesampainya di kampung, KH Abdul Chalim kembali membantu orang tuanya demi meringankan beban penderitaan akibat penjajahan Belanda.

Beberapa tahun berselang, pada 1922, KH Abdul Chalim memutuskan untuk mengembara ke Surabaya dengan berjalan kaki selama 14 hari.

Sesampainya di Surabaya, Abdul Chalim kembali bertemu dengan senior sekaligus gurunya sewaktu ia belajar di tanah Hijaz, yaitu Kiai Wahab Jombang.

Karena hubungan baik mereka, KH Abdul Chalim pun dipercaya untuk dijadikan pengajar di Nahdlatul Wathan di Kampung Kawatan VI Surabaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com