Untuk bisa masuk ke Sangihe, Belanda lebih dulu mengirimkan Sultan Kaitjil Sibori untuk mempersunting Maimuna, putri Rara VI Tabukan.
Setelah memasuki Sangihe, pasukan VOC dan pasukan Kerajaan Manganitu langsung bersiap berperang di laut selama berhari-hari.
VOC kalah telak dalam pertempuran karena mengalami kerugian yang besar.
Akan tetapi, kondisi ini tidak membuat VOC menyerah.
VOC kemudian memanfaatkan dua sahabat Santiago, yaitu Sasebohe dan Bawohanggima, untuk meminta dia menyerah, tetapi gagal.
Kendati begitu, pada akhirnya, Santiago berhasil ditangkap oleh pasukan VOC.
Ia langsung dibawa ke kantor VOC di Tahuna dan kembali dipaksa untuk segera menandatangani kontrak panjang yang sudah Belanda buat.
Akan tetapi, lagi-lagi Santiago menolak.
VOC pun menyiapkan satu tim tembak dan diperintahkan untuk menembaki Bataha Santiago.
Namun ajaibnya, tidak ada satu pun peluru berhasil melukai tubuh Santiago.
Alhasil, Santiago kembali ditangkap dan dibawa ke Tanjung Tahuna.
Setelah itu, Belanda memerintahkan salah satu anggota pasukannya untuk memenggal kepala Santiago.
Baca juga: 5 Pahlawan Nasional Asal Jakarta
Sebelum subuh tiba, adik Bataha Santiago yang bernama Sapela datang untuk mengambil jenazah sang kakak.
Tragisnya, Sapela hanya bisa membawa kepala Santiago.
Sapela kemudian mengubur kepala saudara tuanya itu di antara akar pepohonan besar, beberapa meter di atas pantai dan menandai tempat itu dengan tumpukan batu di Nento di Desa Karatung-Paghul pada 1675.