Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bataha Santiago, Pahlawan Nasional yang Menentang Belanda

Ia juga merupakan raja ketiga dari Kerajaan Manganitu yang berkuasa sejak 1670 hingga 1675.

Dalam sejarahnya, Bataha Santiago dikenal sebagai satu-satunya raja di Kepulauan Sangihe pada masa itu yang berani menentang Belanda.

Untuk mengenang jasanya, Presiden Joko Widodo telah menetapkan Bataha Santiago sebagai Pahlawan Nasional.

Perjuangan Bataha Santiago

Bataha Santiago atau bernama lengkap Don Jugov (Jogolov) Sint Santiago lahir di Desa Bowongtiwo-Kauhis, Manganitu pada 1622.

Sewaktu muda, Santiago sempat disekolahkan oleh ayahnya di Universitas Santo Thomas Manila, Filipina, pada 1666 dan berhasil menyelesaikannya dalam kurun waktu empat tahun.

Sepulangnya dari Filipina, ia dinobatkan sebagai raja di Kerajaan Manganitu dan memegang tampuk kekuasaan selama lima tahun (1670-1675).

Selama menjadi raja, Belanda beberapa kali memaksa Santiago untuk menandatangani lange contract atau kontrak panjang.

Akan tetapi, Santiago terus menolak dan justru mengumumkan perang terhadap VOC.

Alasan Bataha Santiago menolak menandatangani kontrak tersebut karena isinya yang berbunyi sebuah instruksi untuk melenyapkan tanaman cengkih.

Belanda memanfaatkan Sultan Kaitjil Sibori, anak dari Sultan Mandarsyah, Sultan Ternate ke-11, untuk membujuk Santiago agar mau menandatangani kontrak itu, tetapi tetap tidak berhasil.

Belanda pun merasa marah dan kecewa dengan penolakan Santiago.

Sementara itu, Santiago sudah bisa mengetahui konsekuensi yang harus ditanggung apabila menolak tawaran Belanda, yaitu berperang.

Bataha Santiago kemudian memerintahkan pasukannya.

"I kite mendiahi wuntuang 'u seke, nusa kumbahang katumpaeng," kata Bataha Santiago yang artinya kita harus menyiapkan pasukan perang, negeri kita jangan dimasuki musuh.

Untuk bisa masuk ke Sangihe, Belanda lebih dulu mengirimkan Sultan Kaitjil Sibori untuk mempersunting Maimuna, putri Rara VI Tabukan.

Setelah memasuki Sangihe, pasukan VOC dan pasukan Kerajaan Manganitu langsung bersiap berperang di laut selama berhari-hari.

VOC kalah telak dalam pertempuran karena mengalami kerugian yang besar.

Akan tetapi, kondisi ini tidak membuat VOC menyerah.

VOC kemudian memanfaatkan dua sahabat Santiago, yaitu Sasebohe dan Bawohanggima, untuk meminta dia menyerah, tetapi gagal.

Kendati begitu, pada akhirnya, Santiago berhasil ditangkap oleh pasukan VOC.

Ia langsung dibawa ke kantor VOC di Tahuna dan kembali dipaksa untuk segera menandatangani kontrak panjang yang sudah Belanda buat.

Akan tetapi, lagi-lagi Santiago menolak.

VOC pun menyiapkan satu tim tembak dan diperintahkan untuk menembaki Bataha Santiago.

Namun ajaibnya, tidak ada satu pun peluru berhasil melukai tubuh Santiago.

Alhasil, Santiago kembali ditangkap dan dibawa ke Tanjung Tahuna.

Setelah itu, Belanda memerintahkan salah satu anggota pasukannya untuk memenggal kepala Santiago.

Makam Bataha Santiago

Sebelum subuh tiba, adik Bataha Santiago yang bernama Sapela datang untuk mengambil jenazah sang kakak.

Tragisnya, Sapela hanya bisa membawa kepala Santiago.

Sapela kemudian mengubur kepala saudara tuanya itu di antara akar pepohonan besar, beberapa meter di atas pantai dan menandai tempat itu dengan tumpukan batu di Nento di Desa Karatung-Paghul pada 1675.

Kuburan yang berisi kepala Bataha Santiago yang dirahasiakan baru terungkap pada 1950.

Sementara itu, tubuhnya diduga dikuburkan di tempat di mana ia dihukum mati.

Makam Santiago berbentuk segi empat yang dilapisi tegel putih dengan ukuran 2,5 x 3,25 meter.

Pada bagian atas makam terdapat salib, sedangkan bagian tengah makam terdapat prasasti yang bertuliskan riwayat hidup Bataha Santiago dan semboyan beliau yang berbunyi "Biar saya mati digantung tidak mau tunduk kepada Belanda".

Makam Bataha Santiago diketahui telah dipugar sebanyak dua kali.

Pemugaran pertama dilakukan oleh pemda dan diresmikan pada 17 Agustus 1975, sedangkan pemugaran kedua dilakukan oleh Komandan Korem 131/Santiago pada 10 November 1993.

Referensi:

  • Mohonis, Hermanto. Juinar, S.Pd. (2021). Peradaban di Tanah Sangihe yang Tersirat dari Sejarah Nusantara. Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/11/08/193000979/bataha-santiago-pahlawan-nasional-yang-menentang-belanda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke