Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taktik Perang Sisingamangaraja XII dalam Pertempuran Melawan Belanda

Kompas.com - 01/11/2023, 20:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Raja Sisingamangaraja XII menerapkan sejumlah strategi perang yang cermat selama Perang Batak melawan penjajah Belanda.

Salah satu taktik utama yang diterapkan adalah gerilya, di mana pasukannya menghindari pertempuran terbuka dan memanfaatkan medan hutan dan pegunungan yang sulit di wilayah Batak.

Mereka juga sering melancarkan serangan mendadak, memanfaatkan pengetahuan mendalam tentang medan, dan menghindari pasukan Belanda dengan cara ini.

Selain itu, Sisingamangaraja XII dan pasukannya mengandalkan senjata-senjata tradisional seperti tombak, busur, parang, dan sumpit yang kadang-kadang dilumuri racun, sehingga menjadikan mereka sangat terampil dalam pertempuran jarak dekat.

Mereka juga memanfaatkan dukungan dari suku-suku lain di Sumatera Utara, termasuk Mandailing dan Aceh yang memberikan bantuan militer serta sumber daya.

Perlawanan mereka berlangsung cukup lama, meskipun dihadapkan berbagai kesulitan, seperti kondisi alam yang keras dan penyakit malaria.

Terakhir, Sisingamangaraja XII juga berusaha mendapatkan bantuan dari luar, termasuk meminta dukungan dari pihak Aceh untuk meningkatkan kemampuan perang mereka. 

Akhir Perang Batak

Walaupun strategi Perang Batak menggunakan senjata tradisional dan gerilya cukup menyulitkan bagi Belanda, penjajah juga mengadopsi taktik yang efektif untuk mengalahkan Raja Sisingamangaraja XII.

Pada Agustus 1889, Sisingamangaraja melancarkan serangan yang berhasil merebut wilayah Lobu Talu dan mengakibatkan tewasnya beberapa prajurit Belanda.

Namun, pendudukan wilayah ini tidak berlangsung lama karena Belanda segera mengirimkan bantuan dari Padang.

Hal ini menyebabkan Belanda berhasil merebut kembali wilayah Lobu Talu dari tangan Sisingamangaraja.

Perlawanan Sisingamangaraja dalam Perang Batak pun mulai melemah setelah Belanda berhasil menguasai wilayah Huta Paung pada September 1889.

Setelah pendudukan tersebut, Belanda gencar mengejar Sisingamangaraja dan pasukannya.

Akhirnya karena semakin terdesak, Sisingamangaraja meminta bantuan dari Aceh untuk memperkuat kekuatan perang mereka.

Dengan dukungan pasukan dari Aceh, Sisingamangaraja dan pasukannya melanjutkan perlawanan di wilayah Tapanuli dengan menyerang kota tua.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com