Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taktik Perang Sisingamangaraja XII dalam Pertempuran Melawan Belanda

Kompas.com - 01/11/2023, 20:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sisingamangaraja XII merupakan tokoh penting dalam sejarah perlawanan masyarakat Batak di Sumatera Utara terhadap penjajahan Belanda.

Ia memimpin Perang Batak yang berlangsung sejak 1878 hingga 1907.

Sisingamangaraja XII mengadopsi strategi gerilya untuk melawan penjajahan Belanda selama hampir tiga dekade.

Strategi perang gerilya yang ia terapkan berhasil mengganggu kendali Belanda di wilayah tersebut dan menjadikannya pahlawan nasional.

Baca juga: Tokoh-Tokoh Perang Batak 

Latar belakang terjadinya Perang Batak

Perang Batak merupakan bagian dari perlawanan suku Batak di bawah kepemimpinan Sisingamangaraja XII terhadap penjajahan Belanda di Sumatera Utara yang terjadi karena sejumlah alasan.

Pertama, penjajahan ekonomi Belanda yang ekstensif di wilayah tersebut menciptakan ketidakpuasan suku Batak karena sumber daya alam mereka dieksploitasi, sedangkan keuntungan mengalir ke Belanda.

Hal ini menciptakan konflik atas hak kepemilikan sumber daya alam. Selain itu, penindasan politik dan sosial yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda, seperti pemberlakuan sistem tanam paksa juga memicu perlawanan.

Kedua, kepemimpinan Raja Sisingamangaraja XII memainkan peran penting dalam menggerakkan suku Batak untuk bersatu dalam perlawanan.

Pada masa itu, Raja Sisingamangaraja XII juga menentang keras usaha misionaris Belanda dalam menyebarkan agama Kristen di wilayah, Batak sehingga ia mengambil langkah tegas untuk mengusir para misionaris.

Karena aksi Sisingamaraja tersebut, para misionaris meminta perlindungan dari pemerintah kolonial Belanda.

Pada 6 Februari 1878, pasukan Belanda datang ke Pearaja dan bergabung dengan para misionaris Belanda.

Sisingamaraja melihat kedatangan pasukan tentara Belanda ini sebagai provokasi, sehingga ia mengumumkan perang pada 16 Februari 1878 dengan melakukan serangan terhadap pos-pos Belanda di Bahal Batu.

Terakhir, latar belakang perlawanan ini juga terkait dengan aspirasi lebih besar untuk mencapai kemerdekaan nasional Indonesia.

Dalam hal ini, perlawanan suku Batak adalah bagian penting dari gerakan nasional yang bertujuan mengakhiri penjajahan Belanda. 

Baca juga: Perang Batak (1878-1907)

Puncak Perang Batak melawan Belanda

Puncak Perang Batak melawan Belanda terjadi pada 1878 ketika Raja Sisingamangaraja XII memimpin pasukan Batak dalam serangan besar-besaran terhadap pos-pos militer Belanda di Tarutung dan Sipoholon.

Raja Sisingamangaraja XII menerapkan sejumlah strategi perang yang cermat selama Perang Batak melawan penjajah Belanda.

Salah satu taktik utama yang diterapkan adalah gerilya, di mana pasukannya menghindari pertempuran terbuka dan memanfaatkan medan hutan dan pegunungan yang sulit di wilayah Batak.

Mereka juga sering melancarkan serangan mendadak, memanfaatkan pengetahuan mendalam tentang medan, dan menghindari pasukan Belanda dengan cara ini.

Selain itu, Sisingamangaraja XII dan pasukannya mengandalkan senjata-senjata tradisional seperti tombak, busur, parang, dan sumpit yang kadang-kadang dilumuri racun, sehingga menjadikan mereka sangat terampil dalam pertempuran jarak dekat.

Mereka juga memanfaatkan dukungan dari suku-suku lain di Sumatera Utara, termasuk Mandailing dan Aceh yang memberikan bantuan militer serta sumber daya.

Perlawanan mereka berlangsung cukup lama, meskipun dihadapkan berbagai kesulitan, seperti kondisi alam yang keras dan penyakit malaria.

Terakhir, Sisingamangaraja XII juga berusaha mendapatkan bantuan dari luar, termasuk meminta dukungan dari pihak Aceh untuk meningkatkan kemampuan perang mereka. 

Akhir Perang Batak

Walaupun strategi Perang Batak menggunakan senjata tradisional dan gerilya cukup menyulitkan bagi Belanda, penjajah juga mengadopsi taktik yang efektif untuk mengalahkan Raja Sisingamangaraja XII.

Pada Agustus 1889, Sisingamangaraja melancarkan serangan yang berhasil merebut wilayah Lobu Talu dan mengakibatkan tewasnya beberapa prajurit Belanda.

Namun, pendudukan wilayah ini tidak berlangsung lama karena Belanda segera mengirimkan bantuan dari Padang.

Hal ini menyebabkan Belanda berhasil merebut kembali wilayah Lobu Talu dari tangan Sisingamangaraja.

Perlawanan Sisingamangaraja dalam Perang Batak pun mulai melemah setelah Belanda berhasil menguasai wilayah Huta Paung pada September 1889.

Setelah pendudukan tersebut, Belanda gencar mengejar Sisingamangaraja dan pasukannya.

Akhirnya karena semakin terdesak, Sisingamangaraja meminta bantuan dari Aceh untuk memperkuat kekuatan perang mereka.

Dengan dukungan pasukan dari Aceh, Sisingamangaraja dan pasukannya melanjutkan perlawanan di wilayah Tapanuli dengan menyerang kota tua.

Sayangnya, serangan tersebut tidak berhasil mencapai hasil yang diinginkan karena pasukan Belanda di bawah komando J. A. Visser, berhasil mengatasi perlawanan rakyat Tapanuli.

Tidak sampai di situ, karena pada 1904, pasukan Belanda di bawah pimpinan Van Daalen dari Aceh Tengah melanjutkan pergerakan ke Tapanuli Utara, sedangkan pasukan tambahan dikerahkan ke Medan.

Pada 1907, pasukan Marsose di bawah pimpinan Kapten Hans Christoffel berhasil menangkap Boru Sagala, istri Sisingamangaraja, beserta dua anaknya.

Sementara itu, Sisingamangaraja dan para pengikutnya berhasil melarikan diri ke hutan Simsim.

Pihak Belanda yang merasa sudah menang pun gencar mencari keberadaan Sisingamangaraja XII. Mereka ingin memaksa Sisingamangaraja XII beserta pasukannya untuk menyerah.

Akan tetapi, Sisingamangaraja XII menolak tawaran untuk menyerah.

Dalam pertempuran pada 17 Juni 1907, Sisingamangaraja XII ditemukan tewas bersama dengan putrinya Lopian dan dua putranya, Sutan Nagari dan Patuan Anggi.

Gugurnya Sisingamangaraja XII menandai berakhirnya Perang Batak dan menjadi kemenangan bagi pihak Belanda yang saat itu dipimpin oleh Kapten Christoffel.

Referensi:

  • L Tobing, T. (2008). Raja Si Singamangaraja XII. Direktorat Nilai Sejarah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com