Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja-raja Medang Periode Jawa Timur

Kompas.com - 27/10/2023, 16:00 WIB
Endang Mulyani,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Melalui suaminya itu, Prasasti Gedangan (950) diwariskan berupa penganugerahan Desa Bungur Lor dan Asana kepada para pendeta Buddha di Bodhinimba.

Berdasarkan Prasasti Pucangan, disebutkan bahwa satu-satunya raja pengganti Sri Isyana Tunggawijaya adalah Sri Makuthawangsawardhana yang merupakan putra mahkota.

Namun, tidak disebutkan secara pasti perihal akhir masa pemerintahan Sri Isyana Tunggawijaya.

Mangkutawangsawardhana

Sri Makutawangsawardhana adalah raja Kerajaan Medang periode Jawa Timur yang memerintah sebelum tahun 990-an.

Menurut Prasasti Pucangan, Sri Makutawangsawardha merupakan anak dari Sri Isyana Tunggawijaya dan Sri Lokapala. 

Disebutkan pula pada Prasasti Pucangan bahwa Sri Makutawangsawardhana memiliki putri bernama Mahendradatta dan putra bernama Dharmawangsa Teguh.

Baca juga: Mpu Sindok, Raja yang Memindahkan Mataram Kuno ke Jawa Timur

Masa pemerintahan Sri Makutawangsawardhana berakhir pada 991. Setelah itu, ia digantikan oleh Dharmawangsa Teguh.

Sementara itu, Mahendradatta menikah dengan Udayana, Raja Bali, dan memiliki seorang putra, yakni Airlangga yang kelak menjadi Raja Kahuripan.

Dharmawangsa Teguh

Sri Maharaja Isana Dharmawangsa Teguh Anantawikramo Tunggadewa atau lebih dikenal dengan Dharmawangsa Teguh merupakan raja terakhir Kerajaan Medang periode Jawa Timur.

Para sejarawan sepakat bahwa Dharmawangsa masih merupakan putra Sri Makuthawangsawardhana.

Pendapat ini diperkuat dengan adanya Prasasti Sirah Keting yang menyebut Dharmawangsa (Wijayamreta Wardhana) sebagai anggota Wangsa Isyana.

Selain itu, nama Dharmawangsa ditemukan pada naskah Mahabharata bahasa Jawa Kuno pada bagian Wirataparwa.

Prasasti Pucangan mengisahkan tentang bagaimana kehancuran Kerajaan Medang, yaitu Mahapralaya.

Dikisahkan tragedi ketika Dharmawangsa tengah menikahkan putrinya dengan seorang pangeran Bali dan tiba-tiba mendapatkan serangan dari Haji Wurawa, Lwaram. 

Serangan itu mengakibatkan istana Dharmawangsa yang terletak di kota Wwatan hangus terbakar. Dharmawangsa juga turut tewas dalam serangan itu.

Berdasarkan Prasasti Pucangan, terdapat dua versi pendapat yang memperdebatkan terkait waktu serangan di istana Wwatan itu terjadi.

Versi pertama, menyebutkan serangan itu terjadi pada 1007. Sementara itu, versi kedua menyebutkan serangan itu terjadi pada 1016.

Referensi:

  • Bayu Adji, Krisna d. (2011). Ensiklopedi Raja-raja Jawa: Dari Kalingga Hingga Kasultanan Yogyakarta. Yogyakarta: Araska.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com