Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Mengejutkan dari Sejarah Mesir Kuno

Kompas.com - 20/10/2023, 12:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mesir Kuno menjadi salah satu peradaban paling menakjubkan dalam sejarah manusia.

Di balik piramida megah dan kekayaan harta karun arkeologisnya, terdapat lima fakta mengejutkan yang mencerahkan sisi gelap dari masa kejayaan Mesir Kuno.

Berikut ini lima fakta mengejutkan Mesir Kuno.

Baca juga: Mengapa Kuda Nil Menjadi Hewan yang Dihormati Orang Mesir Kuno?

Cleopatra bukan orang Mesir

Cleopatra, yang sering dikaitkan dengan Mesir kuno, ternyata bukanlah orang Mesir.

Meskipun lahir di Alexandria, keluarganya lebih banyak berasal dari Yunani Makedonia, terutama leluhurnya Ptolemaios I yang merupakan sahabat dekat Alexander Agung.

Cleopatra dikenal karena menjadi salah satu anggota dinasti Ptolemaik.

Dinasti Ptolemaik berkuasa di Mesir setelah kematian Aleksander Agung dan memerintah Mesir sejak 323 hingga 30 SM.

Kebanyakan penguasa Mesir tetap mempertahankan kecenderungan budaya Yunani, seperti Ptolemaios I Soter dan Ptolemaios II Philadelphus.

Meskipun Cleopatra bukanlah anggota pertama dari dinasti ini, tetapi ia menjadi salah satu anggota dinasti pertama yang dapat memahami dan menguasai bahasa Mesir.

Keberanian Cleopatra untuk merangkul keberagaman budaya Mesir memainkan peran penting dalam pencitraan dan popularitasnya sebagai pemimpin yang dihormati.

Piramida-piramida tidak hanya dibangun oleh budak

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa makam-makam raksasa tersebut dibangun bukan hanya oleh budak, melainkan juga oleh pekerja bayaran.

Para pekerja konstruksi kuno ini terdiri dari campuran pengrajin terampil dan pekerja sementara. Beberapa dari para pekerja itu tampaknya bangga dengan keterampilan mereka.

Grafiti yang ditemukan di dekat monumen-menumen tersebut menunjukkan bahwa mereka sering memberikan nama-nama lucu untuk kelompok kerja mereka, seperti "Pemabuk-pemabuk Menkaure" atau "Sahabat-sahabat Khufu".

Ide bahwa budak di bawah cambuk membangun piramida pertama kali muncul dari sejarawan Yunani, Herodotus, pada abad ke-5 SM, tetapi sebagian besar sejarawan saat ini menganggapnya sebagai mitos.

Meskipun orang Mesir kuno tentu tidak keberatan memanfaatkan budak, tampaknya mereka lebih banyak menggunakan budak sebagai pekerja di ladang dan pelayan rumah tangga.

Orang Mesir memiliki banyak hewan peliharaan

Mesir Kuno menganggap hewan sebagai perwujudan dewa-dewa. Mesir Kuno menjadi salah satu peradaban pertama yang memiliki hewan peliharaan di rumah.

Orang Mesir sangat menyukai kucing yang sering dikaitkan dengan Dewi Bastet, tetapi mereka juga menghormati elang, bangau, anjing, singa, dan babun.

Banyak dari hewan-hewan ini memiliki tempat khusus di rumah penduduk Mesir.

Bahkan, seringkali mayat hewan diawetkan dan dimakamkan bersama pemiliknya setelah mati.

Hewan-hewan juga sering dilatih khusus untuk bekerja sebagai penolong.

Sebagai contohnya polisi Mesir sering menggunakan anjing dan bahkan monyet yang terlatih untuk membantu mereka saat berpatroli.

Baca juga: Mengapa Firaun Mesir Kuno Berhenti Membangun Piramida?

Perempuan memiliki hak dan kebebasan

Perempuan Mesir Kuno memiliki tingkat kemandirian hukum dan finansial yang baik.

Mereka memiliki hak untuk memiliki serta mengurus properti, berdagang, berpartisipasi dalam pemerintahan, membuat wasiat, dan bahkan terlibat dalam kontrak hukum.

Menariknya, perempuan Mesir yang bekerja di luar rumah dapat menerima bayaran setara dengan pria yang melakukan pekerjaan serupa.

Sebaliknya, lain halnya dengan Yunani kuno yang menganggap perempuan dimiliki oleh suami mereka, perempuan Mesir justru memiliki hak untuk bercerai dan menikah lagi.

Keunikan ini dibuktikan oleh praktik negosiasi perjanjian pranikah kuno di kalangan pasangan Mesir.

Dalam kontrak-kontrak ini, terdaftar dengan rinci seluruh properti dan kekayaan yang dibawa oleh perempuan ke dalam pernikahan. 

Selain itu, kontrak pranikah juga menjamin bahwa ia akan mendapatkan kompensasi yang adil jika pernikahan itu harus berakhir dengan perceraian.

Secara keseluruhan, perempuan Mesir pada masa kuno menunjukkan tingkat independensi dan hak-hak hukum mengesankan.

Beberapa penguasa Mesir mengalami kelebihan berat badan

Karya seni Mesir kuno sering menampilkan para firaun dengan fisik yang gagah, tetapi sebenarnya ini tidak selalu mencerminkan keadaan sebenarnya.

Para penguasa Mesir memiliki kebiasaan makan yang tinggi gula, seperti bir, anggur, roti, dan madu sehingga berdampak buruk pada bentuk tubuh mereka.

Ketika peneliti memeriksa mumi-mumi firaun, mereka menemukan bahwa banyak dari penguasa Mesir sebenarnya tidak sehat, kelebihan berat badan, dan bahkan menderita diabetes.

Contoh yang menarik adalah Ratu Hatshepsut.

Meskipun patung makamnya menunjukkan dirinya sebagai sosok yang ideal dan atletis, para sejarawan percaya bahwa sebenarnya ia mengalami obesitas dan kebotakan.

Hal ini menunjukkan bahwa apa yang terlihat di seni ternyata tidak selalu mencerminkan kenyataan kehidupan sehari-hari para penguasa Mesir kuno.

Baca juga: Apakah Orang Mesir Kuno Menikah dengan Saudara Mereka Sendiri?

Pria dan wanita gemar menggunakan riasan

Keinginan untuk terlihat cantik atau tampan ternyata sudah ada sejak peradaban kuno, tidak terkecuali juga pada peradaban Mesir kuno.

Baik laki-laki maupun perempuan Mesir kuno dikenal sering menggunakan riasan dalam jumlah cukup banyak karena diyakini memberikan perlindungan dari para dewa Horus dan Ra.

Kosmetik ini dibuat dengan menggiling biji-bijian, seperti malachite dan galena, menjadi zat yang disebut kohl.

Zat ini kemudian digunakan di sekitar mata dengan alat yang terbuat dari kayu, tulang, dan gading.

Para perempuan juga akan memberi warna merah pada pipi mereka dengan cat dan menggunakan henna untuk mewarnai tangan dan kuku mereka.

Selain itu, laki-laki dan perempuan pada masa Mesir kuno, sama-sama menggunakan minyak, mirra, dan kayu manis sebagai parfum.

Masyarakat Mesir percaya bahwa riasan mereka memiliki kekuatan penyembuhan magis dan kepercayaan tersebut tidak sepenuhnya salah.

Penelitian telah menunjukkan bahwa kosmetik berbasis timbal yang digunakan di sepanjang sungai Nil benar-benar membantu mencegah infeksi mata.

Referensi:

  • Leek, F. F. (1967). The practice of dentistry in ancient Egypt. The Journal of Egyptian Archaeology, 53(1), 51-58.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com