Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Al Makin
Rektor UIN Sunan Kalijaga

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Prof. Dr. phil. Al Makin, S.Ag. MA, kelahiran Bojonegoro Jawa Timur 1972 adalah Profesor UIN Sunan Kalijaga. Penulis dikenal sebagai ilmuwan serta pakar di bidang filsafat, sejarah Islam awal, sosiologi masyarakat Muslim, keragaman, multikulturalisme, studi minoritas, agama-agama asli Indonesia, dialog antar iman, dan studi Gerakan Keagamaan Baru. Saat ini tercatat sebagai Ketua Editor Jurnal Internasional Al-Jami’ah, salah satu pendiri portal jurnal Kementrian Agama Moraref, dan ketua LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2020. Makin juga tercatat sebagai anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia) sejak 2017. Selengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al_Makin.

Privatisasi dan profesionalisme

Kompas.com - 30/06/2023, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menurut teori teman baik saya, Dr. Mustolih, ketua Komnas Haji Jakarta, setiap pergerakan jamaah dari satu tempat ke tempat lain menimbulkan aspek kerumitan, kehebohan dan karenanya ada saja yang tercecer.

Misalnya, jamaah dari Tanah Air terbang ke Jeddah atau Madinah menyisakan persoalan koper atau jetlag (bingung ruang dan waktu).

Ketika dari Madinah ke Mekkah, ada soal makanan atau penempatan hotel yang silang. Apalagi perpindah cepat dan mobilitas yang tinggi dari Mekkah ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina, lebih menantang.

Soal konsumsi dan transportasi dari Arafah, Muzdalifah, dan Mina para petugas tidak mampu mengendalikan itu. Masyariq yang sudah men-subkontrak-kan lah yang mengatur.

Keterlambatan makan, transportasi yang tidak tepat, dan gerakan jamaah sungguh kerumitan tersendiri.

Staf Khusus dan Staf Ahli, Wibowo Prasetyo, Dr. Nuruzzaman, Prof. Abu Rohmat berusaha keras mengatur para petugas haji.

Direktur Arsa Hidayat, Dirjend Prof. Hilman Latief mondar-mandir di banyak titik. Tetapi kontrol di tiga wilayah bukan otoritas sepenuhnya Kementerian Agama.

Penulis berjalan kaki dari Shishah bersama Prof. Abu Rohmat, para Kepala Kantor Wilayah (Kanwil), dan para Rektor PTKI untuk melempar jumrah di Mina.

Dari situ berjalan menuju tempat mabit Indonesia. Sepanjang jalan menemui banyak lansia yang membutuhkan pertolongan.

Dr. Ajam Mustajam dan Dr. Masmin Afif sempat menggotong lansia ke kantor dari terowongan Mina.

Prof. Khairunnas memijit lansia di terowongan. Kursi roda tidak bisa masuk ke jalan searah yang ketat dijaga polisi.

Tidak ada toilet dan pemberhentian. Ada lansia yang menahan kencing terlalu lama sehingga keram perut.

Para lansia banyak memaksakan diri melempar jumroh, dan harus berjalan paling sedikit tiga sampai enam kilometer. Terlalu berat.

Melempar kerikil tujuh biji itu ringan. Namun berjalan sejauh itu dengan cuaca panas, bagi yang muda saja berat, apalagi orang tua.

Tampaknya rapat berkali-kali soal modifikasi wukuf, seperti hanya lewat dengan bus AC, atau badal lempar jumrah, tidak selamanya diindahkan oleh para jamaah lansia.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com