KOMPAS.com - Puasa yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram disebut puasa Asyura.
Meski hukumnya sunah, puasa Asyura merupakan ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Dalam sejarah dakwah nabi dan rasul, terdapat beberapa peristiwa penting di tanggal 10 Muharram yang melatarbelakangi disunahkannya puasa Asyura.
Berikut ini sejarah puasa 10 Muharram atau Puasa Asyura.
Baca juga: Sejarah Hijir Ismail dan Keutamaannya
Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriah, sekaligus satu dari empat bulan yang dimuliakan oleh Allah.
Melansir NU Online, salah satu alasan Muharram dimuliakan adalah karena di dalamnya terdapat hari Asyura.
Dalam catatan sejarah, pada hari itu terjadi banyak peristiwa luar biasa yang menimpa nabi dan rasul Allah.
Pada hari Asyura, Nabi Musa diselamatkan oleh Allah dari kejaran pasukan Firaun.
Sebagai bentuk syukur, Nabi Musa kemudian berpuasa pada hari Asyura.
Baca juga: Maqam Ibrahim, Pijakan Nabi Ibrahim Saat Membangun Kakbah
Jauh sebelum itu, tepatnya pada zaman Nabi Ibrahim, di hari Asyura dilakukan pemasangan kiswah (kain yang menutupi Kakbah) untuk Baitullah.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad pun telah menjalankan puasa Asyura sejak masih menetap di Mekkah, guna mengikuti tradisi Nabi Ibrahim yang masih tersisa.
Rasulullah bahkan memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu sejak sebelum turunnya perintah wajib puasa Ramadan.
Setelah turun perintah wajib puasa Ramadan, Rasulullah berkata, "Barangsiapa menghendaki maka ia boleh berpuasa Asyura sedangkan yang tidak mau puasa maka tidak mengapa." (HR. Bukhari dan Muslim)
Menukil muhammadiyah.or.id, di dalam hadis Siti Aisyah yang terdapat dalam Sahih Bukhari dan Muslim, diterangkan bahwa puasa Asyura juga telah dilaksanakan oleh orang-orang Quraisy di Mekkah pada masa jahiliyah.
Pada tahun 622, Nabi Muhammad dan para sahabat hijrah dari Mekkah ke Madinah.