Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Al Makin
Rektor UIN Sunan Kalijaga

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Prof. Dr. phil. Al Makin, S.Ag. MA, kelahiran Bojonegoro Jawa Timur 1972 adalah Profesor UIN Sunan Kalijaga. Penulis dikenal sebagai ilmuwan serta pakar di bidang filsafat, sejarah Islam awal, sosiologi masyarakat Muslim, keragaman, multikulturalisme, studi minoritas, agama-agama asli Indonesia, dialog antar iman, dan studi Gerakan Keagamaan Baru. Saat ini tercatat sebagai Ketua Editor Jurnal Internasional Al-Jami’ah, salah satu pendiri portal jurnal Kementrian Agama Moraref, dan ketua LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2020. Makin juga tercatat sebagai anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia) sejak 2017. Selengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al_Makin.

Mekkah Kini dan Dulu

Kompas.com - 24/06/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Era Mameluk juga turut bertanggungjawab atas penjagaan Ka’bah. Setelah itu, masa Turki Utsmani pernah terjadi banjir yang berakibat kerusakan.

Sultan Sulaiman I dan Selim II dikabarkan menjaga dan memodifikasi. Tahun 1631 diperbaikilah area Haram setelah terjadi banjir.

Dalam kisah Sirah Nabawiyah, Nabi pun meletakkan kiswah setelah perbaikan pascabanjir. Membludaknya air karena hujan mendadak sepertinya terjadi beberapa kali di Mekkah sepanjang sejarah dan berakibat kerusakan dan konsekuensi perbaikan.

Pemerintah Saudi membangun area itu tidak pernah berhenti. Setiap berkunjung ke sini, selalu ada proyek perbaikan di dalam atau di luar area Haram.

Perluasan-perluasan untuk mengakomodasi jumlah jamaah haji dan umroh dunia yang terus membludak.

Bukit-bukit sekitar area Haram terus diratakan untuk bangunan. Foto-foto tua Ka’bah dengan bukit dan bangunan eksotis ala Turki Utsmani sudah tidak ada.

Era Islam awal, Ka’bah merupakan bangunan yang menonjol di kelilingi masjid. Saat ini Haram ditutupi oleh hotel-hotel tempat para jamaah menginap.

Hotel-hotel berkelas internasional tidak pernah sepi dari penghuni. Dari satu pemerintahan ke pemerintahan yang lain, selama seribu lima ratus tahun, ziarah ke Ka’bah tetap menjadi aktifitas utama.

Itu berimplikasi pada ekonomi, diplomasi global, dan perubahan Mekkah sebagai metropolitan.

Adalah kurang tepat membayangkan Mekkah semata sebagai pusat spiritualitas dan ibadah. Kota itu adalah tempat bertemunya banyak manusia, yang berdampak pada lingkungan. Bukit-bukit terus diratakan. Pohon-pohon ditanam.

Air Zamzam dialirkan di sekitar Haram atau sudah dimasukkan dalam botol kemasan siap saji. Bisnis perhotelan dan pesawat tidak pernah turun minatnya, apalagi sepi.

Berapa kontribusi para jamaah seluruh dunia pada perkembangan kota Mekkah? Berapa devisa negara Saudi dari pengaruh haji dan umroh dunia? Berapa perkasa posisi diplomasi internasional Saudi di antara negara-negara Muslim karena sebagai penjaga dua Haram?

Bentuk Ka’bah yang kotak, dalam bahasa latin cubus, sedangkan Yunaninya kubos, mirip-mirip bunyinya, tampaknya umum pada zaman kuno dan akhir era kuno.

Bentuk kubbah juga populer di Romawi dan Persia. Keduanya masih bisa dijumpai di bangunan Eropa kuno, klasik, dan modern. Kekhalifahan, kesultanan, dan emirate Islam pun masih mempertahankan dua bentuk itu.

Dahulu kala, di antara dua kekuatan emperium Romawi dan Persia, Mekkah menjadi penghubung dan daerah rebutan.

Catatan riwayat Islam merekam keruntuhan dua kekuatan dunia itu, dan munculnya dinasti-dinasti Islam.

Kini, negara-negara Muslim harus berlomba dengan perkembangan dunia yang cepat di antara Amerika, Eropa, China, Jepang, India dan malajunya ekonomi negara-negara Teluk.

Mekkah tempat bertemunya semua warga Muslim dari negara-negara damai dan konflik, kaya dan miskin, panas dan dingin.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com