Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Pegiat Seni Menggalang Dana untuk Perang Revolusi Kemerdekaan

Kompas.com - 14/06/2023, 07:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di awal kemerdekaannya, Indonesia belum memiliki ekonomi yang mapan.

Hal ini diperparah lagi setelah Belanda datang lagi ke Indonesia membawa prajuritnya untuk menguasai Indonesia lagi yang menyebabkan pertempuran dahsyat banyak terjadi.

Baca juga: Kronologi Agresi Militer Belanda I

Selama masa itu banyak terjadi peperangan dan diplomasi yang menguras banyak energi maupun materi.

Meskipun Indonesia kala itu telah menerapkan kebijakan Ekonomi Perang, Belanda dengan cara liciknya memboikot akses-akses tersebut.

Membaca kondisi tersebut, Indonesia menyadari bahwa menggantungkan kebutuhan revolusi dari kebijakan tersebut tidak akan cukup.

Seiring dengan tekanan tersebut, rakyat Indonesia melakukan upaya galang dana untuk biaya revolusi sebagaimana yang dilakukan oleh pegiat seni di Jawa.

Baca juga: Dampak Agresi Militer Belanda I terhadap Perjuangan Diplomasi Indonesia

Peran Pegiat Seni Sandiwara di Jawa

Seniman Jawa kala itu berperan penting bagi Indonesia khusus dalam masa revolusi melalui pertunjukan seninya.

Pertunjukan seni yang ditampilkan tidak saja sekedar hiburan belaka, melainkan upaya penanaman semangat perjuangan, dan upaya penggalangan dana.

Seniman Jawa kala itu, melalui keahliannya masing-masing, membuka pertunjukan-pertunjukan untuk memenuhi kebutuhan revolusi.

Di Yogyakarta tanggal 14 November 1945, kelompok Rukun Kampung Jogonegaran melakukan upaya pertunjukan seni amal melalui pentas sandiwara dan sulap.

Kelompok ini kala itu mementaskan sandiwara dengan judul Pemberontakan Rakyat guna mendorong semangat nasionalisme.

Baca juga: Memudarnya Sandiwara Sunda Miss Tjitjih

Setengah dari hasil pertunjukan seni amal ini kemudian disalurkan mereka untuk membantu perekonomian Indonesia.

Kelompok lain yang melakukan hal serupa misalnya adalah Krido Budoyo dan Sekar Mulyo yang menggalang dana lewat seni ludruk di Malang.

Apa yang dilakukan oleh Rukun Kampung Jogonegaran ini ternyata menjadi pemantik bagi seniman lainnya untuk mengadakan acara serupa.

Semangat Gotong Royong Seniman Jawa

Upaya yang dilakukan oleh Rukun Kampung Jogonegaran melahirkan suatu kebijakan penting dalam lembaga Persatuan Usaha Sandiwara Indonesia (POSI).

POSI kala itu menerapkan kebijakan untuk kelompok-kelompok sandiwara melakukan kegiatan serupa dan menyumbangkan hasilnya untuk keperluan peperangan revolusi.

Bermula dari kebijakan tersebut, hingga tahun 1946 tercatat puluhan pertunjukan diadakan yang meliputi seni sandiwara, sulap, musik keroncong, dan pemutaran film.

Hasil dari upaya ini kemudian disumbangkan ke Palang Merah, badang perjuangan, dan laskar revolusi.

Di Malang, berdiri suatu lembaga bernama Sandiwara Angkatan Gerilya Indonesia (SAGRI) yang memiliki visi yang sama untuk revolusi.

Baca juga: Perang Gerilya, Taktik Perang Melawan Penjajah

Namun SAGRI ini lebih menitikberatkan pada upaya menghibur depresi rakyat di tengah kecamuk peperangan.

Dalam perkembangan selanjutnya, pameran yang bernuansa semangat perjuangan ini semakin marak dilaksanakan termasuk juga seniman lukis melalui karya-karyanya.

Baca juga: Perkembangan Sejarah Seni di Indonesia

Referensi:

  • Cahyono, R. A. (2022). Sumber Dana Perang Revolusi Indonesia 1945-1949: Peperangan di Jawa dan Sumatera. Jejak: Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah, 2(2), 112-124.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com