KOMPAS.com – Pao An Tui adalah pasukan penjaga keamanan Tionghoa yang bertugas semasa revolusi kemerdekaan Indonesia (1945-1949).
Anggota Pao An Tui dibekali senjata api serta wewenang untuk turun dalam aksi pengamanan masyarakat Tionghoa di Indonesia, yang setelah proklamasi kemerdekaan kerap menjadi sasaran penyerangan rakyat pribumi.
Meski mendapat dukungan dari beberapa tokoh Indonesia, Pao An Tui diliputi pro dan kontra karena sering dituding sebagai simpatisan Belanda.
Pao An Tui pun dibubarkan pada 1949, seiring penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia.
Baca juga: Sejarah Etnis Tionghoa di Indonesia
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, terjadi kekacauan di masyarakat yang disebabkan oleh gerakan revolusi sosial.
Gerakan revolusi awalnya didasarkan atas keinginan untuk menghilangkan segala simbol kolonial, baik di kalangan tentara maupun rakyat yang bertalian dengan pemerintah kolonial.
Pada perkembangannya, gerakan ini tidak lagi terkontrol dan berubah menjadi gerakan balas dendam yang dipenuhi kebencian.
Salah satu korban dari gerakan tersebut adalah masyarakat Tionghoa, yang dianggap diuntungkan dari praktik kolonial.
Pada masa penjajahan Belanda, kebijakan pemerintah kolonial membuat status orang-orang Tionghoa lebih tinggi daripada rakyat pribumi.
Orang-orang Tionghoa (bersama orang Arab dan India) merupakan warga negara kelas dua, sedangkan rakyat pribumi adalah kelas tiga.
Konsekuensinya, orang-orang Tionghoa pun diperlakukan lebih istimewa daripada penduduk pribumi.
Baca juga: Pembantaian Geger Pecinan 1740 dan Perlawanan Bangsa Tionghoa ke VOC
Oleh sebab itu, gerakan revolusi yang dilakukan oleh kelompok republikan menjadikan orang Tionghoa sebagai target kekerasan, pencurian, dan perampokan.
Untuk menghalau kekerasan yang menargetkan masyarakat Tionghoa, dibentuklah Pao An Tui, yang terdiri atas pemuda-pemuda yang mahir bela diri.
Pao An Tui pertama kali dibentuk di Medan pada 1946. Pada 1947, Belanda menerjunkan militernya untuk kembali menguasai wilayah Indonesia, yang dikenal sebagai peristiwa Agresi Militer Belanda I.
Para tokoh Tionghoa membaca bahwa agresi militer tersebut akan berdampak besar bagi keamanan orang Tionghoa.