KOMPAS.com - Alat serpih atau flakes adalah salah satu peralatan manusia purba yang masih sangat sederhana.
Alat serpih ditemukan pada zaman Paleolitikum atau Batu Tua, periode di mana manusia praaksara menggunakan peralatan dari batu yang kasar.
Alat serpih pada masa Paleolitikum berukuran sangat kecil, ukurannya rata-rata kurang dari 10 cm.
Kendati berwujud sederhana dan ukurannya sangat kecil, fungsi flakes di masa lalu sangat banyak.
Lantas, apa fungsi alat serpih yang digunakan manusia purba dan bagaimana ciri-cirinya?
Baca juga: Zaman Paleolitikum: Ciri-ciri, Peninggalan, dan Manusia Pendukung
Alat serpih ditemukan di banyak daerah di Asia Tenggara, seperti di Malaysia, Filipina, dan Indonesia.
Flakes atau alat serpih biasanya ditemukan bersama-sama dengan kapak perimbas dan alat batu masif lainnya.
Di Indonesia, alat serpih ditemukan pada akhir Plestosen Tengah atau permukaan Plestosen Atas, lebih tua daripada temuan di Malaysia dan Filipina.
Beberapa daerah di Indonesia yang menyimpan temuan alat serpih yaitu di Pulau Jawa (Pacitan, Sangiran, Ngandong, Gombong), Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Flores, dan Timor.
Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald adalah peneliti pertama yang menemukan alat serpih di Indonesia pada 1934.
Alat serpih yang ditemukan Koenigswald di Sangiran ukurannya sangat kecil, hanya berkisar antara 2-4 cm.
Baca juga: Perbedaan antara Pebble Culture, Bone Culture, dan Flake Culture
Bentuk alat-alat serpih tidak selalau sama persis dan kegunaanya sesuai dengan bentuknya.
Oleh karena itu, alat-alat serpih yang digunakan manusia pada masa Paleolitikum digunakan untuk beragam keperluan.
Alat-alat serpih pada masa hidup berburu banyak dimanfaatkan untuk menusuk, memotong, dan melubangi kulit binatang.
Fungsi alat serpih lainnya yakni sebagai penggaruk atau serut tanaman umbi-umbian.
Referensi: