Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sultan Bayanullah, Raja Ternate yang Menerima Portugis

Kompas.com - 28/04/2023, 18:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Sultan Bayanullah adalah raja Ternate yang berkuasa dari tahun 1500 hingga 1521.

Dalam sumber-sumber Portugis, ia terkadang dipanggil Abu Lais atau Kaicili Leliatu.

Sebagai sultan kedua dari Kerajaan Ternate, Sultan Bayanullah berupaya memperkuat nilai-nilai Islam dalam setiap langkahnya untuk memajukan kerajaan.

Pada masa pemerintahan Sultan Bayanullah pula, Ternate untuk pertama kalinya melakukan kontak dan bekerja sama dengan bangsa Portugis.

Baca juga: Mengapa Ternate Dapat Berkembang Menjadi Kerajaan Maritim?

Kebijakan Sultan Bayanullah

Sultan Bayanullah adalah putra dari Sultan Zainal Abidin, sultan pertama Kerajaan Ternate yang berkuasa antara 1486-1500.

Segera setelah naik takhta, Sultan Bayanullah melanjutkan langkah Islamisasi di Maluku yang dimulai oleh ayahnya.

Sultan Bayanullah juga memperkuat syariat Islam di kerajaannya dengan membuat sejumlah kebijakan, di antaranya:

  • Memberlakukan hukum perkawinan Islam bagi seluruh kawula kerajaan yang beragama Islam.
  • Membatasi poligami dan melarang praktik pergundikan.
  • Berpakaian sopan (menutup aurat) diwajibkan bagi rakyat Ternate pada saat pemerintahan Sultan Bayanullah.

Baca juga: Sultan Zainal Abidin, Peletak Dasar Islam di Kerajaan Ternate

Di samping itu, Sultan Bayanullah juga mengadopsi teknik pembuatan perahu dan senjata dari orang Arab dan Turki untuk memperkuat militer kerajaan.

Pada 1506, datang orang Eropa pertama di Maluku, yakni Loedwijk de Bartomo.

Langkah Sultan Bayanullah dalam mempertegas Ternate sebagai kerajaan Islam menuai pujian dari orang-orang Barat yang mulai datang ke Maluku.

Peraturan bernapas Islam yang diberlakukannya membuatnya dipandang sebagai pelopor peradaban rakyat Maluku.

Menerima bangsa Portugis

Selama berabad-abad, Ternate adalah pusat perdagangan cengkeh yang penting di Maluku.

Bangsa Portugis, yang mengincar rempah-rempah Maluku, tiba di Ternate pada 1512.

Baca juga: Proses Kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia

Mendengar kedatangan bangsa Portugis, Sultan Bayanullah mengutus saudaranya untuk mengundang mereka.

Salah satu awak bernama Francisco Serrao bertemu sultan dan menunjukkan itikad baiknya untuk membeli rempah-rempah.

Oleh sebab itu, Sultan Bayanullah menerima dengan baik dan menjalin hubungan dagang dengan orang-orang Portugis.

Bahkan sultan bersedia menyediakan cengkeh asalkan bangsa Portugis mau membangun benteng.

Saat itu, aliansi dianggap saling menguntungkan, karena peralatan militer dan kapal besar bangsa Portugis dapat mendukung Ternate untuk mengontrol perdagangan rempah-rempah di Maluku dari saingan mereka.

Baca juga: Tabariji, Sultan Ternate yang Dikendalikan Portugis

Keturunan Sultan Bayanullah

Para sejarawan berbeda pendapat mengenai istri dan kisah kematian Sultan Bayanullah.

Paramita R. Abdurrachman percaya bahwa Sultan Bayanullah menikah dengan Nyaicili Boki Raja, putri Sultan Al Mansur dari Tidore, dan memiliki tiga putra darinya.

Tiga putra tersebut adalah Abu Hayat, Dayalu, dan Tabariji, yang menjadi penerus Sultan Bayanullah secara bergantian.

Sementara itu, Christiaan van Fraassen berpendapat bahwa Tabariji lahir dari ibu berbeda, tetapi juga putri Sultan Al Mansur dari Tidore yang tidak diketahui namanya.

Selain itu, Sultan Bayanullah memiliki putra bernama Khairun, dari istri keturunan Jawa.

Sepeninggal Sultan Bayanullah pada 1521, Abu Hayat, Dayalu, Tabariji, dan Khairun menjadi sultan Ternate secara berturut-turut.

Baca juga: Sultan Khairun, Pelopor Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis

Terkait meninggalnya Sultan Bayanullah, ada pendapat yang menyatakan bahwa sultan diracun oleh perwakilan rakyat yang geram dengan sikap Portugis.

Menjelang akhir ayat Sultan Bayanullah, bangsa Portugis memang telah menunjukkan watak imperialismenya, yang menimbulkan ketidaksenangan rakyat.

Sultan Bayanullah dianggap membuka jalan bagi niat buruk Portugis, oleh karena itu ia menjadi sasaran kemarahan rakyat dan dibunuh.

Pendapat lain menyatakan bahwa Sultan Bayanullah diracun oleh putrinya sendiri yang menikah dengan sultan Bacan.

Tindakan itu dilakukan karena sang putri kesal, Sultan Bayanullah memperlakukan suaminya dengan buruk.

Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, yang pasti sepeninggal Sultan Bayanullah Kerajaan Ternate diperintah oleh putranya, Sultan Abu Hayat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com