Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tugu Tani, Mengenang Upaya Indonesia Mempertahankan Irian Barat

Kompas.com - 15/02/2023, 11:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tugu Tani adalah patung yang terbuat dari perunggu dengan figur satu orang pria bercaping dan seorang wanita.

Tugu Tani atau yang juga disebut Patung Pahlawan ini terletak di dekat Stasiun Gambir Jakarta.

Tugu Tani dibuat oleh dua pematung asal Rusia, yaitu Matvey Manizer dan Ossip Manizer, sebagai hadiah dari pemerintah Uni Soviet atas persahabatannya dengan Indonesia.

Tugu Tani dikirim ke Indonesia menggunakan kapal laut.

Tugu Tani berwarna hitam pekat dengan bahan yang terbuat dari perunggu.

Ada patung seorang wanita yang bersanggul dan mengenakan kebaya, memberikan perbekalan makan kepada patung seorang pria menggunakan caping.

Dari patung Tugu Tani ini tercitra gambaran sebuah keluarga yang pergi berjuang demi meraih kebebasan.

Lalu, di atas patung tersebut terdapat tulisan "Hanya Bangsa yang Dapat Menghargai Pahlawan-pahlawannya yang Dapat Menjadi Bangsa Besar".

Baca juga: Latar Belakang Pembebasan Irian Barat Melalui Operasi Militer

Sejarah pembuatan Tugu Tani

Ada beberapa ragam versi mengenai sejarah pembuatan Tugu Tani. Versi pertama mengisahkan bahwa pembangunan Tugu Tani berhubungan dengan pengklaiman daerah Irian Barat.
Disebutkan bahwa Presiden Soekarno menginginkan Tugu Tani dibuat untuk memperingati perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan Irian Barat yang dikuasai oleh Belanda hingga 1963.

Pada 1949, Belanda menginginkan agar Papua berdiri sebagai negara sendiri karena orang-orang asli Papua memiliki perbedaan etnis dan ras dengan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Namun sebaliknya, Indonesia ingin seluruh wilayah bekas jajahan Belanda, termasuk Papua diserahkan.

Guna mengatasi masalah tersebut, dilakukan beberapa kali perundingan, tetapi masih belum juga menemukan titik temu.

Pada akhirnya, dilakukan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 14 Juli hingga 2 Agustus 1969.

Pepera adalah pemilihan umum yang nantinya akan menghasilkan kehendak rakyat Papua, apakah ingin berdiri sendiri atau menjadi bagian dari Indonesia.

Hasil Pepera membuktikan bahwa sebanyak 1.025 rakyat Papua atau Irian Barat memilih untuk tetap menjadi bagian dari Indonesia.

Untuk memperingati peristiwa pertahanan Irian Barat dari tangan Belanda, Presiden Soekarno memutuskan untuk mendirikan Tugu Tani.

Baca juga: Patung Pembebasan Irian Barat, Weltevreden Kekinian

Inspirasi bentuk Tugu Tani

Tokoh yang membangun Tugu Tani adalah dua seniman asal Rusia, yaitu Matvey Manizer dan Ossip Manizer.

Bentuk fisik Tugu Tani konon terinspirasi dari kisah perjuangan rakyat dari Jawa Barat, yang menceritakan seorang ibu yang mendukung anaknya pergi berperang demi kemerdekaan dan Tanah Airnya.

Sebab, sang ibu turut membekali anaknya dengan makanan dan harapan.

Patung ini pun selesai dikerjakan pada 1964 yang kemudian diletakkan di Menteng.

Lalu, Presiden Soekarno melengkapi patung itu dengan memberikan tulisan "Hanya Bangsa yang Menghargai Pahlawan-Pahlawannya dapat Menjadi Bangsa yang Besar".

Baca juga: Angkatan Kelima, Gagasan Partai Komunis Indonesia

Kontroversi

Tugu Tani sempat diusulkan untuk dirubuhkan karena dianggap berkaitan dengan komunis.

Akan tetapi, pemerintahan membantah tudingan tersebut karena Tugu Tani merupakan simbol yang menandakan sejarah perjuangan ideologi bangsa Indonesia.

Sebab, yang menyebabkan Tugu Tani dianggap sebagai simbol komunis adalah karena ada sosok pria mengenakan caping yang identik dengan petani sambil membawa senjata.

Pada 4 November 1964, Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Dubes China di Jakarta mengusulkan mengenai perlunya dibentuk Angkatan Kelima, yaitu buruh dan tani yang dipersenjatai.

Hal inilah yang kemudian membuat Tugu Tani dikaitkan dengan simbol Angkatan Kelima gagasan PKI.

Namun, pemerintah Indonesia dengan tegas menentang tuduhan tersebut.

 

Referensi:

  • Cai. (2014). Ngubek-ngubek Jakarte, Panduan Suka-suka Menjadi Anak Ibu Kota. Jakarta Selatan: Bukune.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com