KOMPAS.com - Upaya pemerintah dalam pembebasan Irian Barat melalui beberapa tahap, salah satunya tahap eksploitasi.
Tahap eksploitasi adalah sebuah strategi militer Indonesia yang digunakan untuk membebasakan Irian Barat dari pendudukan Belanda.
Pada 1960-an, Indonesia terlibat konflik dengan Belanda, yang saat itu masih menduduki wilayah Irian Barat.
Hal ini dianggap oleh Presiden Soekarno sebagai ancaman kedaulatan Indonesia, karena kekuasaan Belanda atas Irian Barat dipandang sebagai bentuk baru dari kolonialisme atau Neo-kolonialisme.
Lantas, apa yang dimaksud dengan tahap eksploitasi dalam tahapan proses pembebasan Irian Barat?
Baca juga: Sejarah Irian Barat hingga Bergabung ke Indonesia
Belanda mulai menduduki Irian Barat pada akhir 1940-an, setelah mengakui kedaulatan Indonesia.
Setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949, konflik Indonesia-Belanda masih menyisakan masalah Irian Barat.
Saat itu, Belanda mengirim kapal induk Hr Ms Karel Doorman ke Irian Barat, beserta sejumlah personel Angkatan Laut Kerajaan Belanda, Korps Marinires, dan Koninklijke Landmacht (Angkatan Darat Belanda).
Kekuatan militer Belanda tersebut kemudian menduduki wilayah Sorong, Merauke, Kaimana, Teminabuan, dan Fakfak.
Merespons pendudukan Irian Barat oleh Belanda, Presiden Soekarno mengeluarkan Tri Komando Rakyat (Trikora), yang isinya sebagai berikut.
Baca juga: Operasi Trikora, Upaya Indonesia Merebut Irian Barat
Upaya pemerintah dalam pembebasan Irian Barat melalui beberapa tahap, salah satunya tahap eksploitasi.
Tahap melakukan serangan secara terbuka terhadap pertahanan musuh dalam upaya pembebasan Irian Barat disebut tahap eksploitasi.
Selain menyerang induk militer, tahap eksploitasi, yang dilakukan pada 1963, juga diusahakan untuk menguasai pos pertahanan musuh yang dianggap penting.
Di samping tahap eksploitasi, strategi militer dalam konfrontasi Irian Barat yang diterapkan pemerintah adalah tahap infiltrasi atau penyusupan pada 1962 dan tahap konsolidasi pada 1964.
Tahap-tahap tersebut merupakan strategi yang dilakukan oleh Mayjen TNI Soeharto dalam Komando Mandala.