Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tokoh-tokoh Pahlawan dari Sulawesi Selatan

Kompas.com - 14/02/2023, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Indonesia memiliki sejarah panjang sebelum akhirnya merdeka pada 17 Agustus 1945.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, berbagai pertempuran terjadi di daerah berbagai daerah, mulai dari Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi.

Dari serangkaian pertempuran ini kemudian lahirlah sejumlah Pahlawan Indonesia. 

Lantas, siapa saja tokoh-tokoh Pahlawan dari Sulawesi Selatan?

Baca juga: Penyebab Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan

Sultan Hasanuddin, Raja Gowa ke-16

Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa ke-16 yang memerintah sejak 1653 hingga 1670.

Di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin, Belanda telah menguasai banyak kerajaan kecil di Nusantara.

Kendati demikian, Sultan Hasanuddin tidak pantang menyerah.

Bukannya tunduk pada Belanda, Sultan Hasanuddin justru berusaha mengumpulkan kerajaan-kerajaan kecil lainnya untuk bergabung dan berjuang bersama melawan Belanda.

Akhirnya, terjadi pertempuran antara Kerajaan Gowa dengan pemerintahan VOC Belanda pada 1660.

Dalam perang itu, pihak Belanda mendapat bantuan dari Kerajaan Bone. Akan tetapi, Sultan Hasanuddinlah yang berhasil menaklukkan mereka dan sekutunya.

Sultan Hasanuddin bersama pasukannya berhasil merebut dua kapal Belanda, yaitu Leeuwin dan De Walfis.

Kekalahan ini sontak membuat Belanda marah sehingga kemudian mengirimkan pasukan dengan jumlah lebih besar di bawah komando Cornelis Spellman.

Pertempuran sengit kembali terjadi selama berbulan-bulan sampai akhirnya Kerajaan Gowa menyerah.

Sultan Hasanuddin pun terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.

Karena merasa dirugikan dengan isi Perjanjian Bongaya, Sultan Hasanuddin kembali memimpin pasukannya untuk menyerang Belanda pada 12 April 1668.

Namun sayangnya, pasukan Belanda terlalu kuat sehingga pertahanan terakhir Kerajaan Gowa berhasil diambil alih.

Meskipun kondisinya sudah sangat terdesak, Sultan Hasanuddin tetap tidak gentar dan terus melakukan serangan secara sporadis.

Sultan Hasanuddin yang dijuluki Sang Ayam Jantan dari Timur terus melawan Belanda hingga akhirnya mundur dari takhta.

Sultan Hasanuddin wafat pada 12 Juni 1670 dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional melalui Keppres No 087/TK/1973 tanggal 6 November 1973.

Baca juga: Andi Mappanyukki: Kiprah dan Perjuangannya

Andi Mappanyukki 

Andi Mappanyukki adalah pejuang sekaligus bangsawan asal Sulawesi Selatan.

Pada 1931, Andi Mappanyukki diangkat sebagai Raja Bone ke-32 dengan gelar Sultan Ibrahim.

Semasa kepemimpinannya, Andi Mappanyukki dengan tegas menolak untuk bekerja sama dengan Belanda.

Andi mengatakan "Aku tidak buta dengan mentega dan mulut saya tidak dapat ditutup dengan roti, dan tidak bisa saya menjadi licin dengan susu".

Karena menolak bekerja sama dengan Belanda, Andi pun diasingkan di Rantepao, Tanah Toraja selama 3,5 tahun.

Lalu, pada 18 Agustus 1967, Andi Mappanyukki mengembuskan napas terakhir.

Jenazahnya kemudian dimakamkan di pemakaman Raja Gowa atau Bone lainnya.

Namun, oleh pemerintah Indonesia, ia diletakkan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar.

Atas perjuangannya dalam melawan Belanda, Andi Mappanyukki dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keppres No. 089/TK/2004, pada 5 November 2004.

Baca juga: Andi Djemma: Masa Muda, Perjuangan, dan Akhir Hidup

La Maddukelleng

La Maddukelleng adalah bangsawan dari Suku Wajo.

Semasa hidup, La Maddukelleng berhasil membebaskan Wajo dan Sulawesi Selatan dari jeratan penjajah Belanda.

Oleh sebab itu, untuk menghargai perjuangannya, La Maddukelleng dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 6 November 1998 melalui SK Presiden RI No. 109/TK/1998.

Andi Djemma

Tokoh Pahlawan asal Sulawesi Selatan selanjutnya adalah Andi Djemma.

Andi Djemma adalah Raja Luwu, Kerajaan Bugis, yang melakukan gerakan untuk merebut senjata Jepang di Palopo pada 2 September 1945.

Kemudian, pada Oktober 1945, Andi Djemma memprakarsai pertemuan para Raja Sulawesi Selatan.

Di dalam pertemuan ini, mereka sepakat untuk berdiri di belakang pemerintah RI.

Sepulang dari pertemuan, Andi Djemma menyatakan bahwa daerah Luwu bergabung menjadi bagian dari NKRI.

Kerajaan Luwu pun menjadi kerajaan pertama di Sulawesi Selatan yang bergabung dengan Republik Indonesia.

Pada Juli 1946, Andi Djemma berhasil ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Ternate.

Andi Djemma ditangkap karena sempat mengultimatum pihak Sekutu untuk melucuti tentaranya dan kembali ke barak mereka di Palopo.

Andi Djemma meninggal dunia pada 23 Februari 1965.

Atas perjuangannya, Andi Djemma dianugerahi gelar Pahlawan Nasional melalui SK RI No. 073/TK/2002 pada 6 November 2002.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com