Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa yang Menemukan Kata Bhinneka Tunggal Ika?

Kompas.com - 09/02/2023, 15:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Setiap negara tentu memiliki motto dan semboyan tersendiri, termasuk Indonesia.

Motto atau semboyan bangsa Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu.

Kata Bhinneka berasal dari dua kata, yaitu bhinna yang artinya terpisah, berbeda, serta kata ika yang berarti itu.

Sementara itu, kata tunggal berarti satu, sehingga Bhinneka Tunggal Ika berarti itu berbeda, itu satu.

Bhinneka Tunggal Ika diakui sebagai semboyan bangsa Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara.

Lantas, siapa yang menemukan kata Bhinneka Tunggal Ika?

Baca juga: Mengapa Bhinneka Tunggal Ika Menjadi Semboyan Bangsa Indonesia?

Mohammad Yamin

Tokoh nasional Indonesia yang mengusulkan kalimat Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara adalah Mohammad Yamin.

Kata Bhinneka Tunggal Ika juga dimuat dalam sebuah tulisan bertajuk Verspreide Geschriften yang ditulis oleh seorang orientalis ahli bahasa Belanda bernama Johan Hendrik Casper Kern.

Tulisan Hendrik Kern itu kemudian dibaca oleh Mohammad Yamin sekitar tujuh abad setelah kitab kakawin Sutasoma dibuat.

Lalu, Mohammad Yamin memperkenalkan frasa tersebut dalam Sidang BPUPKI Pertama yang diselenggarakan tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945.

Pada saat itu, Sidang Pertama BPUPKI tengah membahas dasar negara Indonesia, sehingga Mohammad Yamin turut menyumbangkan usulan semboyan bangsa Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika.

Sebab, Mohammad Yamin mengusulkan Bhinneka Tunggal Ika karena melihat sejarah bahwa semboyan itu dulunya berhasil menyatukan Nusantara di masa Kerajaan Majapahit.

Berbekal dari kondisi itu, Mohammad Yamin pun meyakini bahwa istilah Bhinneka Tunggal Ika karya Mpu Tantular itu sangat cocok dan sesuai untuk diimplementasikan ke dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Mengingat Indonesia juga sangat beraneka ragam, mulai dari suku, budaya, agama, ideologi, ras, dan etnik.

Oleh sebab itu, Mohammad Yamin berharap semboyan Bhinneka Tunggal Ika dapat menyatukan perbedaan yang ada di Indonesia menjadi satu kesatuan yang utuh.

Setelah itu, Soekarno ikut mengusulkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ketika sedang merancang lambang negara Indonesia, yaitu Burung Garuda Pancasila.

Akhirnya, Bhinneka Tunggal Ika resmi menjadi semboyan negara Indonesia yang dicantumkan bersamaan dengan Burung Garuda Pancasila sebagai lambang negara.

 

Referensi:

  • Sjahdeini, Sutan Remy. (2021). Sejarah Hukum Indonesia, Seri Sejarah Hukum. Jakarta: Kencana.
  • Santoso, Soewito Sutasoma. (1975). A Study in Old Javanese Wajryana. New Delhi: International Academy of Culture.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com