Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia

Kompas.com - 31/12/2022, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia adalah pengembangan dari Museum Etnobotani Indonesia.

Museum ini terletak di Bogor, Jawa Barat, yang menyimpan berbagai koleksi dan penjelasan mengenai berbagai tumbuhan dan etnografi di wilayah Indonesia.

Berikut ini sejarah singkat Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia.

Baca juga: Sejarah Museum Bank Indonesia

Diresmikan oleh BJ Habibie

Sejarah Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia terlahir dari gagasan mantan Kepala Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia, Prof. Dr. Sarwono Prawiroatmodjo.

Setelah itu, pada 1962, dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Gedung Herbarium Bogoriense.

Setelah selesai dibangun, gedung ini diberi nama Lembaga Biologi Nasional oleh ibu Siti Sastrapraja.

Lalu, dilakukan pengembangan terhadap bangunan tersebut sampai akhirnya terbentuklah museum ini.

Proses pengembangan Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia bertahap dengan target lima tahun pembangunan.

Pada akhirnya, Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia diresmikan oleh Menristek BJ Habibie pada 1982.

Tujuan pendirian Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia adalah untuk melestarikan flora dan budaya Indonesia yang sangat beragam.

Baca juga: Biografi BJ Habibie, Bapak Teknologi Indonesia

Isi Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia

Isi Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia mulai dari alat-alat rumah tangga, bahan sandang, pangan, obat-obatan tradisional, berbagai kerajinan, alat musik, artefak, dan berbagai jenis tumbuhan.

Ada juga beberapa koleksi yang disatukan berdasarkan daerah, salah satunya area lontar.

Area lontar masuk daerah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pada bagian ini, pengunjung akan disuguhkan mengenai pemanfaatan daun lontar yang sudah kerap digunakan oleh masyarakat NTT untuk membuat aneka kerajinan, seperti alat musik Sasando dan wadah air.

Lebih lanjut, ada koleksi yang disimpan di dalam kaca, ada juga yang dibiarkan terbuka sehingga pengunjung dapat melihat secara lebih leluasa.

Pada bagian terbuka, ada pameran tenun, sedangkan di area kaca berupa area daun pandan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com