Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Museum Satria Mandala dan Koleksinya

Kompas.com - 25/10/2022, 11:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Museum Satria Mandala merupakan museum edukasi sejarah mengenai Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Museum Satria Mandala menyimpan sejarah tentang perjuangan TNI dari 1945 sampai sekarang.

Dalam sejarah perjuangan Indonesia, TNI mempunyai peran penting dalam meningkatkan semangat serta memperkuat jati diri bangsa dalam mencapai tujuan nasional.

Berikut ulasan singkat mengenai sejarah Museum Satria Mandala dan koleksinya.

Baca juga: Museum Sandi, Satu-satunya Museum Kriptologi di Indonesia

Dulunya kediaman istri Soekarno

Museum Satria Mandala terletak di Jalan Gatot Subroto No 14, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Sebelum menjadi museum, tempat ini dikenal sebagai Wisma Yaso, kediaman istri Soekarno yang bernama Ratna Sari Dewi.

Wisma Yaso juga menjadi tempat Soekarno disemayamkan, sebelum akhirnya dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

Rencana pembangunan museum dimulai pada 1968 di bawah tanggung jawab Brigjen TNI Nugroho Notosusanto.

Nugroho Notosusanto mendapatkan inspirasi untuk membangun museum bagi perjuangan TNI dari Museo Nacional de Historia di Meksiko dan Museum Peringatan Perang Australia di Canberra.

Awalnya, Museum Satria Mandala akan dibangun di istana presiden di Bogor. Namun, Presiden Soeharto tidak sepakat dan menganjurkan untuk menggunakan rumah Wisma Yaso.

Wisma Yaso dipugar pada 15 November 1971 dan mulai dibangun menjadi museum.

Museum Satria Mandala diresmikan dan dibuka pada 5 Oktober 1972, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun TNI.

Nama Satria Mandala sendiri diambil dari bahasa Sanskerta yang artinya lingkungan keramat para ksatria.

Baca juga: Museum Sasmita Loka, Ada Kisah Mistis Peristiwa G30S?

Apa saja yang ada di Museum Satria Mandala?

Awalnya, Museum Satria Mandala hanya dapat menampung sekitar 20 diorama tentang perjuangan TNI.

Pada 1987, akhirnya dibangun gedung tambahan bernama Waspada Purbawisesa, yang memungkinkan koleksi museum bertambah banyak.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com