Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah dan Asal-usul Tari Jaipong

Kompas.com - 30/12/2022, 17:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tari Jaipong adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Karawang, Jawa Barat.

Gerakan yang ada pada tarian Jaipong merupakan gabungan dari sejumlah kesenian tradisional, seperti pencak silat, ketuk tilu, dan wayang golek.

Oleh sebab itu, tarian ini dianggap sebagai tarian yang memiliki gerakan-gerakan unik, energik, dan sederhana.

Di samping energik, tarian ini juga dimainkan dengan suasana yang menyenangkan sehingga tak jarang penonton merasa terhibur ketika menyaksikan tarian Jaipong.

Mari kenali lebih jauh sejarah dan asal-usul Tari Jaipong.

Baca juga: Tari Jaipong, Tari Tradisional Jawa Barat

Sejarah dan asal-usul tari Jaipong

Tarian Jaipong berkembang di era tahun 1960-an. Mulanya, tarian ini lebih dikenal dengan nama Tari Banjet, sebuah penampilan tari yang disuguhkan dengan iringan alunan musik berupa instrumen gamelan.

Tari Banjet kemudian disempurnakan oleh H. Suanda, seorang seniman dari daerah Karawang, Jawa Barat.

H. Suanda dikenal sebagai seniman yang sangat berbakat. Ia piawai menampilkan beberapa kesenian daerah, seperti Wayang Golek, Pencak Silat, Ketuk Tilu, dan Topeng Banjet.

Kemudian, H. Suanda membuat sebuah inovasi baru dengan menggabungkan beberapa macam tarian yang ia kuasai menjadi satu-kesatuan.

Tarian ini terdiri dari Tari Banjet, Tari Pencak Silat, Tari Ketuk Tilu, Tari Wayang Golek, dan Tari Topeng.

Hasil dari pencampuran tarian-tarian ini kemudian menjadi sebuah karya seni daerah yang sangat dinikmati masyarakat.

H. Suanda menggunakan iringan musik dari alat-alat gamelan, yaitu gendang, degung, gong, dan alat musik ketuk lainnya.

Perpaduan berbagai jenis alat musik ini ternyata menghasilkan musik yang energik dan unik.

Selain diiringi musik, penampilan kesenian tari ini juga dilengkapi dengan alunan suara merdu dari seorang sinden.

Tidak disangka, tarian ini berhasil menarik perhatian seorang seniman asal Sunda bernama Gugum Gumbira untuk mempelajarinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com