KOMPAS.com - Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) adalah organisasi geopolitik dan ekonomi yang terdiri atas negara-negara di Asia Tenggara.
ASEAN memiliki 10 anggota negara, yaitu:
Wilayah Asia Tenggara termasuk ke dalam wilayah yang rawan terkena bencana alam, sehingga penanggulangannya menjadi prioritas bagi setiap negaranya.
Negara-negara ASEAN rawan terkena bencana alam karena secara geografis kawasan Asia Tenggara terbentang di antara beberapa lapisan tektonik yang sering menimbulkan gempa bumi, letusan gunung berapi, hingga tsunami.
Terlebih, kawasan Asia Tenggara terletak di antara dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Didorong dengan kondisi ini, ada beberapa negara ASEAN yang sempat dilanda bencana gempa bumi hebat hingga menewaskan banyak korban jiwa, seperti Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan Thailand.
Lalu, mana saja negara ASEAN yang belum pernah dilanda gempa bumi dengan korban jiwa sangat banyak?
Baca juga: Sejarah Berdirinya ASEAN
Negara ASEAN yang belum dilanda gempa bumi dengan korban jiwa sangat banyak adalah:
Singapura merupakan salah satu negara ASEAN yang jauh dari jalur patahan utama, sehingga aman dari gempa bumi.
Walaupun terkadang terkena hujan es dan banjir, Singapura masih terlindungi dari bencana alam lainnya, termasuk gempa bumi.
Secara geologis, Laos terletak di atas lempeng Eurasia. Namun, lokasinya cukup jauh dari zona pertemuan antarlempeng.
Oleh sebab itu, Laos termasuk negara ASEAN yang cukup aman dari bencana gempa bumi.
Baca juga: Bagaimana Laos Menjadi Negara yang Paling Banyak Dibom dalam Sejarah?
Brunei Darussalam adalah salah satu negara yang masih berdekatan dengan Pulau Kalimantan.
Pulau Kalimantan dikatakan sebagai salah satu daerah yang cukup stabil karena jarang terkena bencana gempa bumi.
Faktor yang mengakibatkan Pulau Kalimantan jarang terkena gempa karena tidak memiliki gunung api aktif.
Selain itu, Pulau Kalimantan juga tidak terletak di daerah subduksi, tidak memiliki pusat gempa.
Secara geologis, Kamboja juga berada di dalam lempeng Eurasia yang menghubungkan antara Eropa dengan Asia.
Kendati demikian, Kamboja belum pernah mengalami gempa bumi hebat yang menewaskan banyak korban jiwa.
Baca juga: Khmer Merah, Rezim Komunis yang Menguasai Kamboja
Filipina adalah negara yang berada dalam lempeng tektonik di sebelah selatan lempeng Eurasia.
Filipina juga memiliki lempeng seperti namanya yang berbatasan dengan lempeng Eurasia di bagain utara, yaitu bagian daratan China.
Secara geologis, lempeng tektonik merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik aktif, sehingga rawan terkena gempa bumi.
Akan tetapi, Filipina belum pernah mengalami gempa bumi yang berpotensi besar.
Vietnam dapat dikatakan sebagai salah satu negara ASEAN yang rawan terkena gempa bumi, karena wilayahnya berada pada pertemuan lempeng Eurasia dan Filipina.
Posisi ini membuat Vietnam akan ikut merasakan getaran jika kedua lempeng ini saling bergerak.
Baca juga: 9 Komite ASEAN
Bencana alam yang sering terjadi di Asia Tenggara, khususnya gempa bumi, tidak hanya menyebabkan banyak korban jiwa melayang, tetapi juga kerugian material.
Menurut Willem Rampangilei, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada pembukaan 29th ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM) pada November 2016, negara-negara ASEAN menghadapi risiko bencana sangat tinggi.
Bahkan, berpotensi menderita kerugian bencana sebesar 4,6 miliar dollar Amerika atau sekitar 0,2 persen dari PDB kawasan negara setiap tahunnya.
Didorong dengan keadaan tersebut, ASEAN merasa perlu melakukan kerja sama agar risiko yang terjadi dapat ditekan hingga seminimal mungkin.
Akhirnya, dibentuk ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response (AADMER).
AADMER merupakan kerangka regional yang bersifat proaktif untuk kerja sama, koordinasi, bantuan teknis, dan mobilisasi sumber daya dalam semua aspek manajemen kebencanaan.
Salah satu komponen penting dalam AADMER adalah pembentukan ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre) pada 2011.
AHA Center adalah organisasi antarpemerintah yang didirkan oleh 10 negara anggota ASEAN.
Tujuannya untuk memafasilitasi kerja sama dan koordinasi manajemen bencana di antara negara-negara anggota ASEAN.
Sejak 2011 hingga 2017, AHA Centre sudah melaksanakan 19 misi darurat dan 21 kali memobilisasi tim penilai ketujuh negara.
Akan tetapi, pada praktiknya, badan ini baru tiga kali ikut membantu bencana gempa bumi di Indonesia yang terjadi pada 2010 silam di Mentawai, Aceh, dan banjir Jakarta pada 2013.
Referensi: